Oleh: DR. Ilham Ilyas
Pemerhati Masyarakat Internasional
Asia-Pasifik telah lama dikenal sebagai kawasan yang dinamis dan penuh potensi.
Namun, untuk mempertahankan kemakmuran dan stabilitasnya, diperlukan pendekatan yang mengutamakan keterbukaan, kerja sama, dan manfaat bersama.
Pertemuan Pemimpin Ekonomi APEC ke-31, yang berlangsung di Lima, Peru, pada 16 November 2024, menjadi momen penting untuk menegaskan komitmen ini.
Kolaborasi China-Peru: Simbol Kerja Sama Strategis
Dalam rangkaian APEC 2024, perhatian dunia tertuju pada peresmian Pelabuhan Chancay di Peru, proyek kolaborasi besar antara China dan Peru.
Pelabuhan ini, yang dikembangkan sebagai bagian dari Inisiatif Sabuk dan Jalan (Belt and Road Initiative), bukan sekadar fasilitas infrastruktur, tetapi juga simbol kerja sama lintas negara yang membawa dampak ekonomi signifikan.
Kerja sama seperti ini menurut saya menjadi contoh nyata bagaimana keterbukaan dan manfaat bersama dapat mendorong kemajuan.
Pelabuhan Chancay yang akan menjadi gerbang perdagangan Pasifik dan hub regional adalah bukti bagaimana kolaborasi dapat menciptakan peluang besar bagi negara-negara di kawasan.
Dengan potensi kontribusi sebesar $4,5 miliar per tahun bagi ekonomi Peru, dampaknya melampaui angka ekonomi, membuka akses perdagangan darat hingga ke Chile, Bolivia, dan Kolombia.
China: Pemimpin Kunci di Asia-Pasifik
China kembali menunjukkan komitmennya terhadap pembangunan kawasan dengan terpilih sebagai tuan rumah KTT APEC 2026.
Langkah ini mencerminkan peran strategis China sebagai mitra dagang utama bagi 13 ekonomi APEC dan kontributor terbesar bagi pertumbuhan ekonomi kawasan.
Keberlanjutan ekonomi Asia-Pasifik sangat bergantung pada kontribusi aktif negara-negara besar seperti China.
Dengan kontribusi 64,2 persen terhadap pertumbuhan ekonomi kawasan, China menjadi pemain kunci dalam pemulihan ekonomi global.