News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Klaim JHT Didominasi Usia 20-35 Tahun, BPJS Ketenagakerjaan Khawatir Saat Pensiun Tak Punya Tabungan

Editor: Seno Tri Sulistiyono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

BPJS Ketenagakerjaan mencatat klaim untuk program Jaminan Hari Tua (JHT) pada saat ini didominasi peserta dengan usia produktif, berusia 20 hingga 35 tahun.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - BPJS Ketenagakerjaan mencatat klaim untuk program Jaminan Hari Tua (JHT) pada saat ini didominasi peserta dengan usia produktif.

Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Anggoro Eko Cahyo mengatakan sekitar 61 persen peserta yang mengajukan JHT berusia 20 hingga 35 tahun.

Sejak Januari hingga Oktober 2022, klaim JHT yang diajukan peserta mencapai 2,8 juta klaim.

Melihat fenomena tersebut, Anggoro menyayangkan banyak peserta yang masih bisa bekerja justru mengajukan klaim JHT.

Baca juga: Cara Cairkan Saldo JHT BPJS Ketenagakerjaan via lapakasik.bpjsketenagakerjaan.go.id

Ia khawatir saat peserta-peserta ini memasuki usia pensiun tidak memiliki tabungan di hari tua.

“Nanti akan memiliki risiko saat sudah tidak produktif, tabungannya tidak ada atau sedikit,” ujar Anggoro yang dikutip Kontan, Rabu (16/11/2022).

Ironisnya, peserta yang berusia di atas 56 tahun, dimana dikategorikan sebagai usia pensiun, hanya sekitar 7% dari total jumlah klaim JHT yang diajukan. Itu sebanyak 196.277 klaim.

Di sisi lain, alasan peserta melakukan klaim JHT karena menjadi korban Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) hanya stagnan di sekitar 30%.

Sisanya, karena memang sudah memasuki usia pensiun atau resign.

Berkaca pada pola klaim JHT yang tidak menentu, Anggoro menyebut hal ini juga berpengaruh pada strategi investasi dari BPJS Ketenagakerjaan yaitu melihat jangka pendek dan jangka menengah. Dimana, saat ini 71% portofolio ada di obligasi.

Ia menyebut jika JHT bisa dikembalikan ke fungsi awal dimana hanya bisa dicairkan ketika memasuki usia pensiun, maka ia melihat investasi akan dilakukan pada portofolio yang memiliki profil jangka menengah dan panjang.

“Ini berdampak pada yieldnya. Jika misalnya JHT kembali ke 56, kami akan lebih bisa memaksimalkan yield karena instrumennya memiliki yield yang lebih tinggi,” paparnya. (Adrianus Octaviano/Kontan)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini