Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) menyatakan, pembangunan ekonomi dunia berkelanjutan dan inklusif mendapatkan persolan akibat konflik geopolitik, yang berdampak terhadap perekonomian.
Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo mengatakan, sektor keuangan di beberapa negara termasuk yang sudah terkenda dampaknya, sehingga disebut multi krisis.
Baca juga: Rusia Resmi Masuk Jurang Resesi Usai PDB Menyusut 4 Persen pada Kuartal III 2022
"Bagaimana kita mengatasi konteks geopolitik berdampak kepada ekonomi, sektor keuangan, sekarang sudah menimbulkan yang disebut sebagai multi krisis.
Tidak saja pandemi yang yang belum berakhir, ditambah lagi konteks bagaimana krisis ekonomi menuju resesi yang sudah dinyatakan oleh beberapa negara," ujarnya dalam webinar, Jumat (18/11/2022).
Karena itu, diperkirakan ekonomi dunia menutup akhir 2022 ini dengan tekanan yang masih cukup besar, hingga pada 2023.
"Bukan kondisi yang baik-baik saja, artinya memang dalam hal ini konteksnya sudah terjadi fragmentation dari sisi perdagangan ekonomi.
Kemudian di sektor keuangan, kebijakan yang diambil semua berdampak tentunya pada tekanan di jangka pendek, khususnya dari sisi inflasi," kata Dody.
Baca juga: Ekonom: KTT G20 Bali Tak Akan Sanggup Redam Resesi, Isi Komunike Berpihak ke Barat
Inflasi dan pertumbuhan ekonomi yang lambat, semuanya berdampak terhadap sektor keuangan, hingga sudah menimbulkan peringatan dari lembaga-lembaga dunia.
"Mungkin Bapak Ibu yang hadir dari sektor keuangan di sini juga tentunya harus dipandang sebagai satu di antara yang harus kita waspadai di tahun depan. Lalu, kalau ekonominya melambat, kalau suku bunga terus meningkat, kalau inflasi masih stabil tinggi, mungkin ini akan menjadi ancaman juga terhadap sektor-sektor lain," pungkasnya.