Laporan Reporter Tribunnews.com, Reza Deni
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Industry Task Force (ITF) G20 Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) yang salah satunya diisi oleh GOTOKO atau PT Gerai Cepat Utung mendorong pemulihan yang tangguh melalui kolaborasi bersama untuk mewujudkan transformasi digital yang inklusif, memberdayakan, dan berkelanjutan.
CEO dan President Director GOTOKO Gurnoor Singh Dhillon mengatakan bahwa transformasi digital telah terbukti menciptakan kemampuan bertahan di masa pandemi, juga sebagai bekal untuk mendorong bisnis, termasuk bagi pelaku UMKM dan pemilik warung.
Sebagai salah satu panelis, Gurnoor optimistis terkait pertumbuhan ekonomi nasional di tengah ketidakpastian ekonomi yang dipicu spekulasi terhadap resesi.
Gurnoor memandang Indonesia sebagai pasar yang sedang berkembang dengan basis permintaan yang kuat.
Baca juga: Dorong Daya Saing UMKM, Pemkab Trenggalek Gelar Pelatihan Pelabelan untuk Wirausaha
"Sulit untuk memprediksikan resesi, namun jika ada tekanan tersebut setiap sektor akan memiliki dampak yang berbeda. Orang mungkin akan mengurangi daya belanja, namun untuk kebutuhan-kebutuhan mendasar itu akan tetap ada, mereka akan tetap belanja mi instan, sabun, kopi di warung, dan ini tidak akan berubah," kata Gurnoord alam sesi Digital Economy pada G20 Digital Transformation Expo Parallel Event: Digital Industry Collaboration To Enhance Digital Transformation yang digagas Kemenkominfo RI dan ITF, ditulis Sabtu (19/11/2022).
Di sisi lain, dia bilang tekanan resesi kemungkinan akan berdampak pada rantai pasokan barang, yang mengarah pada tantangan pengadaan persediaan bagi pemilik warung.
Menurutnya, situasi ini mirip pandemi lalu, dan justru akan memotivasi pemilik warung untuk mengubah cara mereka berbisnis.
"Saya percaya perubahan adalah pola pikir, dan dalam krisis seperti ini, pemilik warung akan lebih terbuka untuk beralih ke digital dan bekerja dengan platform seperti GOTOKO, yang bertujuan untuk membantu pemilik warung mengembangkan bisnisnya, memungkinkan mereka untuk bersaing dan berkembang, bukan hanya bertahan hidup," kata Gurnoor.
Dia menilai Ketangguhan warung dalam menghadapi krisis sejatinya telah terbukti saat pandemi memuncak, dalam sebuah riset yang dia paparkan, menunjukan bahwa 70 persen masyarakat Indonesia lebih memilih berbelanja kebutuhan di warung dibandingkan belanja secara daring.
Dari nilai ekonomi pasar ritel nasional yang mencapai USD 75 miliar, dikatakan Gurnoor, warung juga memiliki kontribusi hingga 80 persen, serta memiliki kontribusi terhadap PDB empat kali lipat lebih besar dibandingkan ritel modern.
Baca juga: Suasana Hari Pahlawan dan Sumpah Pemuda, BMI Bantu Penyandang Disabilitas Pelaku UMKM
Posisi yang vital dalam ekonomi nasional ini pula yang membuat GOTOKO dan Gurnoor yakin, ketangguhan warung sebagai sarana perdagangan utama masyarakat Indonesia bisa menjadi salah satu tulang punggung ekonomi nasional dalam menghadapi potensi resesi.
Tidak hanya itu, implementasi teknologi akan membuka lebih banyak peluang pertumbuhan.
Saat ini, Gurnoor mencatat diperkirakan ada sekitar 3 juta warung di Indonesia, namun baru ada sekitar 600.000 warung yang dapat dijangkau dengan baik secara langsung oleh brand principals.
Sementara sisanya atau 80 persen belum dijangkau dengan baik sehingga mengalami tantangan dalam memenuhi pasokannya atau sering disebut underserved retailers.