Adapun dari luas panen tersebut, diperkirakan total produksi padi mencapai 55,67 juta hektar, meningkat 2,31 persen dari 2021. Bila dikonversi, produksi beras diproyeksi mencapai 32,07 juta ton, meningkat 2,29 persen dari produksi tahun lalu.
Keyakinan Syahrul terkait produksi beras yang cukup juga didukung laporan dari para kepala daerah.
Serta berdasarkan penampakan dari satelit tak banyak lahan yang mengalami gagal panen, hanya sekitar 0,22 persen lahan yang terkena bencana alam.
Syahrul mengatakan, berdasarkan data tersebut maka produksi beras yang dihasilkan petani lokal cukup dan sudah seharusnya diserap oleh Perum Bulog.
"Ini harus diserap dong, kalau nggak diserap nanti (beras) petani yang beli siapa?," imbuh dia.
Meski demikian, dirinya tak menampik bahwa ada kenaikan harga gabah dan beras di tingkat petani.
Baca juga: Pemerintah Berencana Impor Beras Penuhi Kebutuhan Tahun Ini, Budi Waseso: Ini Perintah Negara
Menurutnya, kenaikan itu disebabkan oleh biaya produksi yang terkerek imbas kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang tidak bisa dihindari.
Terkait rencana impor beras oleh Bulog sebesar 500.000 ton untuk memenuhi stok cadangan beras yang menipis, Syahrul enggan menanggapi langsung.
"Jangan tanya saya soal itu, itu kan kebijakan. (Tapi) kalau kamu sudah punya baju, apa harus beli baju lagi? Untuk apa? Kecuali kalau mau gaya yah," ungkap dia.