Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, BEIJING – Impor aluminium oleh sektor industri di China pada November mengalami penurunan sebesar 35,7 persen dari tahun sebelumnya akibat dari meningkatnya pasokan domestik dan pembatasan ketat Covid-19.
Berdasarkan data Badan Administrasi Umum Kepabeanan, Selama November China telah mengimpor sekitar 255.744 ton barang logam, termasuk logam utama dan aluminium paduan yang tidak ditempa.
Dengan pelonggaran pembatasan listrik pada pengguna industri tahun ini, smelter di China pun lantas menggenjot produksinya.
Jjumlah produksi aluminium pada bulan lalu menunjukkan peningkatan kesembilan berturut-turut menjadi 3,41 juta ton.
\Selama 11 bulan pertama tahun ini, pembuat aluminium top dunia itu memproduksi 36,77 juta ton, naik 3,9 persen dari periode yang sama pada 2021.
Badan Administrasi Umum Kepabeanan China juga menyebut turunnya aktivitas impor aluminium disebabkan oleh lemahnya permintaan untuk logam yang digunakan dalam sektor transportasi, konstruksi dan pengemasan.
Perekonomian China Merosot
Dikutip dari Reuters, perekonomian China telah kehilangan lebih banyak momentum di bulan lalu karena output pabrik melambat dan penjualan ritel mengalami penurunan, alhasil keduanya pun meleset dari perkiraan.
Baca juga: Geser Ukraina, China Kini Jadi Pemasok Aluminium untuk Sejumlah Negara Eropa
Namun, tanda-tanda pelonggaran pembatasan COVID dan upaya Beijing untuk menghidupkan kembali sektor properti yang bermasalah telah mencerahkan prospek permintaan logam industri, sebagaimana tercermin dalam kenaikan harga bulan lalu.
Baca juga: Australia Larang Ekspor Aluminium ke Rusia, Bahan Baku Untuk Senjata dan Pesawat Terbang
Aluminium yang paling banyak diperdagangkan di Shanghai Futures Exchange rata-rata mencapai 18.845 yuan per ton pada November, naik dari 17.755 yuan per ton pada Oktober ketika mencapai level terendah dalam 19 bulan.