Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji mengatakan, pelaku pasar saham apresiasi keputusan Bank Indonesia (BI) yang memperlambat kenaikan suku bunga acuan menjadi 25 basis poin (bps) dari sebelumnya 50 bps.
Menurutnya, investasi yang cocok saat kenaikan suku bunga bank sentral telah melambat, yakni aset berisiko seperti saham.
"Nah untuk investasi yang cocok ya memang saham. Terus di sisi lain, kalau sektoral yang positif tahun depan itu sektor finansial dan sektor konsumer non cylical, ini yang memang berpotensi bisa memberikan keuntungan bagi para investor," ujarnya kepada Tribunnews, ditulis Senin (26/12/2022).
Baca juga: Suku Bunga Acuan BI Naik Lagi, Bersiap Hadapi Kenaikan Bunga KPR dan Perbankan Bidik Pertumbuhan
Nafan menjelaskan, memang kenaikan suku bunga bisa terjadi lagi pada tahun depan, tapi sudah melambat atau tidak sebesar pertengahan 2022.
"Karena itu, tentunya kan kalau dari sisi perbankan (sektor finansial) kan likuiditas masih terjaga, juga didukung oleh adanya oleh kinerja pertumbuhan kredit begitu tinggi," katanya.
Sementara untuk sektor konsumsi apalagi non cylical, dinilainya menjadi motor penggerak perekonomian Indonesia ke depan.
"Nanti di Indonesia jika terjadi gejolak yang dipengaruhi oleh resesi negara maju, harga komoditas akan mengalami penurunan, bisa dialihkan ke sektor konsumsi. Sebab, sektor konsumsi ini kan yang jadi penopang ekonomi dan juga ada kenaikan UMP bisa meningkatkan daya beli, dan apalagi nanti mulai tahun depan ada pemilu bisa mendukung konsumsi tersebut," pungkasnya.