News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Bagaimana Prospek Kinerja Saham Bank Digital Tahun Depan? Ini Prediksi Analis

Editor: Seno Tri Sulistiyono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Karyawan melintas dengan latar layar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta Selatan. Kinerja saham bank digital pada tahun ini mengalami koreksi signifikan, usai pada tahun sebelumnya melonjak secara drastis. Pada tahun ini investor mulai melihat, harga saham bank digital telah terlalu mahal atau overvalued, tercermin dari price to book value ratio (PBVR) masing-masing saham.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kinerja saham bank digital pada tahun ini mengalami koreksi signifikan, usai pada tahun sebelumnya melonjak secara drastis.

Pada tahun ini investor mulai melihat, harga saham bank digital telah terlalu mahal atau overvalued, tercermin dari price to book value ratio (PBVR) masing-masing saham.

Lalu bagaimana prospek saham bank digital pada tahun depan?

Kinerja keuangan bank digital yang telah tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) terus menunjukan perbaikan.

Baca juga: Saham Bank Digital Diprediksi Masih Bakal Tertekan, Simak Rekomendasi Analis

Sejumlah bank digital, seperti PT Bank Jago Tbk (ARTO) dan PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) bahkan sudah mencatatkan laba bersih secara tahun berjalan.

Analis MNC Sekuritas Widi Tirta Gilang Citradi menilai prospek bank digital pada tahun depan masih menjanjikan.

Namun, industri ini masih akan menghadapi tantangan seperti pelemahan daya beli masyarakat, inflasi, dan suku bunga tinggi.

"Apabila inflasi berhasil dijinakkan dan suku bunga acuan sudah mulai moderat, bank digital bisa berkibar lagi tapi dengan sejumlah syarat," ujar Tirta yang dikutip dari Kompas.com, Rabu (28/12/2022).

Menurutnya, syarat paling mendasar untuk terus tumbuh bagi bank digital adalah kemampuan memperluas kerja sama ekosistem.

Pada saat bersamaan, bank digital perlu mengendalikan potensi risiko.

"Ini dua hal yang tidak terpisahkan. Untuk bertumbuh, bank digital harus mampu memperbanyak partner bisnis. Masalahnya, memperluas partnership sama dengan menaikkan tingkat risiko," tuturnya.

Ia bilang, jika mengandalkan ekosistem berdasarkan grup sendiri atau satu afiliasi, bank digital menghadapi dua tantangan, yakni risiko terkonsentrasi di satu titik.

Kedua, bank tidak terpacu untuk meningkatkan kapasitasnya karena terlalu nyaman dengan grup sendiri. Ia mencontohkan kolaborasi yang dilakukan oleh Bank Jago.

Selain terafiliasi dengan GoTo Gojek Tokopedia, Bank Jago juga telah berkolaborasi dengan platform Stockbit dan Bibit.

"Belum lagi rencana kolaborasi dengan BFI Finance (BFIN) dan Carsome," ucapnya. (Rully R. Ramli/Kompas.com)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini