TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) diproyeksi menguat usai menggalang dana melalui hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue, dengan mencatat pemesanan saham baru yang oversubscribed 1,4 kali.
Pengamat saham syariah Asep Muhammad Saepul Islam mengatakan, hal tersebut mencerminkan antusiasme dan kepercayaan investor terhadap prospek bank syariah tersebut.
Dia mengatakan, dengan demikian selanjutnya akan diikuti dengan menguatnya saham BRIS.
“Jika dilihat sekilas nampak sudah mulai ada pembalikan arah dari support kuat Rp1.075-Rp1.095, kata Asep Muhammad Saepul Islam yang biasa disapa Mang Amsi, pada Rabu (28/12/2022).
Baca juga: IHSG Selasa Pagi Dibuka Langsung Melonjak 0,63 Persen ke Level 6.878, BRIS Jadi Top Gainer
Menurutnya, resisten kuat berikutnya terlihat pada pergerakan 200 harian, yakni pada level 1.430-1.440.
“Jika ini berhasil ditembus, kemungkinan akan menguji resisten berikutnya di Rp1670 - Rp1.705, kata Mang Amsi.
Mang Amsi menilai, harga saham BRIS saat ini masih di bawah level harga wajar.
Bila melihat dari sisi fundamental, harga wajar BRIS pada kisaran level 1.550 hingga 2.100.
“Sehingga jika diambil rata-rata target harga analis ada di kisaran Rp1.838, katanya.
Bila melihat kurva mingguan dalam tiga bulan terakhir, kemungkinan BRIS akan menguji resistensi pada level Rp1.705.
Apabila berhasil ditembus, maka nilai wajar secara fundamental pada level Rp1.835 dan berikutnya Rp1.965.
Senada dengan Mang Amsi, Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani menilai saham BRIS memiliki prospek yang sangat baik.
Ia menyebut, kinerja laporan keuangan BRIS lumayan kuat dibandingkan periode yang sama tahun lalu, di mana laba laba bersih Rp3,21 triliun pada kuartal III 2022 atau naik 42 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Dari sisi penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), bank membukukan pertumbuhan 11,86 persen yoy, menjadi Rp245,18 triliun.
Pertumbuhan DPK ini didorong porsi dana murah atau current account savings account (CASA) yang naik dari 55,80% menjadi 60,90%.
Alhasil biaya dana atau cost of fund turun 54 bps dari 2,1% per September 2021 menjadi 1,56% per September 2022. Hal ini pun ikut mengerek laba BSI hingga triwulan ketiga tahun ini. Kinerja ini, kata Arjun, akan berlanjut pada masa yang akan datang.
Arjun juga menilai bahwa bila melihat kinerja tersebut, harga saham BRIS terbilang under value atau di bawah harga pasar.
“Berdasar data Infovesta, rata-rata price to book value (PBV) industri perbankan saat ini 3,51 kali. Sementara itu, PBV BRIS masih pada level 2,13 kali," katanya.
Adapun sejak akhir perdagangan saham baru, kinerja BRIS menguat 9,96%.
Pada perdagangan Rabu (28/12), saham ditutup pada level Rp1.270. Saham BRIS tercatat diperjualbelikan 6.110 kali dengan rata-rata nilai Rp1.275 per saham.
Perusahaan mencatat kapitalisasi pasar senilai Rp58,55 triliun dengan volume saham yang diperdagangkan sebanyak 35,36 juta.