News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Harga Minyak Ambruk 4 Persen, Terbebani Prospek Ekonomi Global yang Suram

Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Muhammad Zulfikar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi minyak mentah. Harga minyak mentah turun 4 persen pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), karena data permintaan bahan bakar yang lemah dari China, prospek ekonomi global yang suram dan penguatan dolar AS.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nur Febriana Trinugraheni
 
TRIBUNNEWS.COM, HOUSTON - Harga minyak mentah turun 4 persen pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), karena data permintaan bahan bakar yang lemah dari China, prospek ekonomi global yang suram dan penguatan dolar AS.

Dikutip dari Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Maret turun 3,81 dolar AS atau 4,4 persen menjadi 82,10 dolar AS per barel, yang menjadi penurunan harian terbesar dalam lebih dari tiga bulan terakhir.

Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS diperdagangkan 76,93 dolar AS per barel, setelah turun 3,33 dolar AS atau 4,1 persen, yang menjadi penurunan terbesar dalam lebih dari sebulan.

Baca juga: Harga Pertamax Turun, Erick Thohir: Harga BBM Nonsubsidi Fluktuatif, Ikuti Tren Minyak Dunia

"Ada banyak alasan untuk kekhawatiran di sini - situasi Covid-19 China dan ketakutan akan resesi di masa mendatang memberikan tekanan pada pasar," kata analis di perusahaan jasa keuangan Mizuho, Robert Yawger.

Pemerintah China telah menaikkan kuota ekspor untuk produk minyak sulingan pada gelombang pertama untuk 2023.

Pedagang di pasar minyak mengaitkan peningkatan tersebut dengan ekspektasi permintaan domestik yang buruk karena China, importir minyak mentah terbesar dunia, terus berjuang melawan gelombang Covid-19.

Baca juga: Harga Minyak Dunia Turun Terus, Ekonom Sebut Pemerintah Punya Ruang Turunkan Harga BBM Subsidi

Aktivitas pabrik China menyusut pada Desember karena lonjakan kasus Covid-19 mengganggu produksi dan membebani permintaan, setelah Beijing menghapus sebagian besar pembatasan anti-virus corona.

Selain itu, pernyataan Direktur Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva pada Minggu (1/1/2023) menambah prospek ekonomi global yang suram.

Georgieva mengatakan ekonomi Amerika Serikat, Eropa dan China, semuanya melambat secara bersamaan, membuat tahun ini lebih sulit dari tahun 2022 untuk ekonomi global.

Sementara itu, dolar AS membukukan kenaikan harian terbesar dalam lebih dari 2 minggu terakhir. Dolar AS yang lebih kuat dapat mengurangi permintaan minyak, karena komoditas berdenominasi dolar AS menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

Pasar keuangan pada hari ini akan menelusuri risalah pertemuan kebijakan Desember Federal Reserve AS (The Fed). The Fed menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin (bps) pada Desember setelah empat kenaikan berturut-turut masing-masing sebesar 75 bps.

Di sisi pasokan, pemerintah AS merilis 2,7 juta barel minyak dari Cadangan Minyak Strategis minggu lalu, sementara kilang Pascagoula, Mississippi, perusahaan minyak utama Chevron Corp akan menerima kargo pertama minyak mentah Venezuela, menurut dokumen pengapalan yang dilihat Reuters pada Selasa (3/1/2023).

Baca juga: Harga Minyak Dunia Melonjak Imbas Pelonggaran Kebijakan Covid-19 di China

Produksi minyak mentah AS pada 2023 diperkirakan akan meningkat rata-rata 620.000 barel per hari, menurut perkiraan terbaru pemerintah AS, kurang dari sepertiga dari sekitar 1 juta barel per hari yang diminta beberapa perkiraan pada awal tahun.

Perusahaan perbankan swasta Jerman, Commerzbank, memperkirakan prospek ekonomi global memainkan peran yang jauh lebih penting dalam perkembangan harga minyak daripada keputusan produksi yang diambil oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+.

Commerzbank memperkirakan tanda-tanda pemulihan ekonomi di bidang ekonomi utama dapat mendorong Brent kembali ke 100 dolar AS per barel, yang diperkirakan dapat terjadi mulai kuartal kedua tahun ini dan seterusnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini