Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Inflasi Amerika Serikat (AS) secara bulanan tercatat mengalami penurunan dari sebelumnya 0,1 persen menjadi minus 0,1 persen.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, yang terpenting adalah inflasi secara tahunan mengalami penurunan dari sebelumnya 7,1 persen menjadi 6,5 persen.
"Wow banget kan pemirsa, tapi memang kita juga tidak boleh senang dulu, gembira boleh. Sejauh ini kalau kita perhatikan pemirsa, penurunan inflasi memang tidak serta merta akan membuat The Fed berhenti dalam menaikkan tingkat suku bunga," ujar dia melalui risetnya, Jumat (13/1/2023).
Baca juga: Mendagri: Inflasi Nasional Naik 5,51 Persen di Akhir Desember 2022
Tingkat suku bunga Bank Sentral Amerika diperkirakan akan kembali mengalami kenaikkan, meskipun dengan data inflasi yang keluar hari ini, ada kemungkinan ruang kenaikkan akan berkisar 25 hingga 50 basis poin (bps).
Meskipun, tentunya secara probabilitas kenaikkan tingkat suku bunga sebesar 50 bps masih dianggap perlu dan jauh lebih besar potensinya untuk terjadi.
"Nah, untuk inflasi inti sendiri pun juga mengalami penurunan dari sebelumnya 6 persen menjadi 5,7 persen. Tentu hal ini merupakan sesuatu yang positif bagi pelaku pasar dan investor, sehingga memberikan angin sorga, setidaknya bagi pergerakan pasar hari ini," kata Nico.
Nico menambahkan, yang membuat inflasi mengalami penurunan, di antaranya adalah harga energi turun sebesar 4,5 persen yang telah disesuaikan.
"Ditambah lagi dengan penurunan harga bensin. Namun, harga gas dan listrik naik lebih tinggi karena adanya musim dingin pada hari raya Natal kemarin," pungkasnya.