Laporan Wartawan Tribunnews, Willy Widianto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Performa kerja PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo) sempat menyentuh titik minus tahun 2021 lalu.
Tingkat rasio kecukupan modal yang tercermin dari risk based capital (RBC) Jasindo masuk ke level minus 84,8 persen.
Namun, kini Jasindo sudah melakukan upaya titik balik tercermin dari RBC tahun 2022 yang menyentuh angka plus 137,21 persen.
Pencapaian tersebut diraih Jasindo hanya dalam waktu satu tahun saja.
Baca juga: Tren Hardeing Market Diprediksi Berlanjut, Industri Asuransi dan Reasuransi Perlu Antisipatif
Direktur Bisnis Strategis Jasindo Syah Amondaris menyebut kembali positifnya rasio kecukupan modal tersebut baru merupakan titik awal.
Aris sapaan karibnya menyebut pihaknya harus tetap berhati-hati di tengah kondisi yang serba tidak pasti seperti sekarang ini, ditambah adanya ancaman resesi.
"Seperti yang saya sampaikan RBC plus bukan akhir dari perjalanan, kita harus lebih hati-hati, kita diuji apakah di akhir tahun 2023 bisa meningkatkan RBC lagi. Strategi tetap efisiensi dan fokus ke bisnis korporat yang jadi core kita,"ujar Aris saat berbincang dengan wartawan di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Kamis(9/2/2023).
Kendati harus tetap hati-hati, Jasindo lanjut Aris tetap percaya diri pencapaian target yang lebih besar pada tahun 2024 bakal tercapai.
"Target RBC ingin lebih besar tapi agak sulit memperkirakannya dan mengatakannya karena banyak faktor mempengaruhi tapi tetap kami pede," kata Aris.
Guna menopan hal tersebut menurut Aris, Jasindo akan tetap fokus pada segmen bisnis korporat diantaranya properti , marine hole marine cargo, energi offshore atau onshore atau asuransi pihak ketiga.
"Ini yang kami fokuskan dan akan kami tinggalkan produk-produk yang bukan kompetensi kami," ujar Aris.
Lebih jauh Aris menyebutkan bahwa negatifnya rasio kecukupan modal pada tahun 2021 silam salah satunya karena Jasindo masuk kepada segmen bisnis yang bukan termasuk kompetensinya.
Pada akhirnya segmen tersebut tidak memberikan kontribusi positif terhadap Jasindo.
"Sebetulnya sudah banyak di media lain dibicarakan karena waktu itu kami masuk ke dalam satu segmen yang bukan kompetensi kami. Ada satu produk yang sekarang sebetulnya tidak memiliki kapabilitas baik orang atau sistem dan sebagainya. Tetapi banyak yang tergiur dengan premi besar itu yang menyebabkan kita negatif, karena itu kan butuh cadangan besar untuk klaim dan kita tidak menjual lagi. Ada 14 produk berkontribusi positif hanya satu produk yang menggerusnya," kata Aris.
Atas kondisi Jasindo yang seperti sekarang ini tumbuh positif, Aris mengucapkan banyak terima kasih kepada Itu empat pihak yang berkontribusi besar seperti dukungan pemegang saham dalam hal ini kementerian BUMN yang mempermudah dan perbesar spirit internal Jasindo.
Dukungan dari regulator tetap OJK yang menjadikan semuanya tetap bekerja dalam koridor. Dukungan eksisting klien. "Dan tidak lupa juga dukungan dari karyawan dan manajemen karyawan yang punya keinginan semua ini menjadi historis bukan hanya story terutama yang sudah berkarir dari awal," kata Aris.