Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Sebagian wilayah Inggris kini mengalami krisis buah dan sayur serta dikhawatirkan terus berlanjut dan meluas ke seluruh negeri jika tidak ada upaya penanganan serius Pemerintah.
Wakil Presiden Serikat Petani Nasional (NFU) Inggris, Tom Bradshaw Sabtu lalu mendesak Pemerintah Inggris agar segera 'mengambil kendali' produksi pangan lokal.
Menurutnya, kekurangan buah dan sayuran yang terus berlanjut di seluruh negeri bisa jadi hanya 'ujung dari gunung es'
Defisit beberapa buah dan sayuran termasuk tomat dan mentimun, disebabkan oleh volatilitas akibat peristiwa geopolitik dan perubahan iklim yang memberikan tekanan kuat pada rantai pasok.
"Apa yang kami lihat musim panas lalu dengan suhu 40 derajat Celcius adalah dorongan untuk dilakukannya aksi perubahan iklim," kata Bradshaw.
Cuaca jhuga telah memperburuk krisis rantai pasokan yang dipicu oleh konflik Rusia dan Ukraina.
Dikutip dari Russia Today, Senin (27/2/2023), Bradshaw juga menegaskan ketegangan geopolitik telah mendorong inflasi, khususnya inflasi energi ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya, membuat para petani Inggris harus berjuang untuk memenuhi biaya energi.
"Inggris telah menghadapi tantangan tambahan untuk 'memposisikan kembali' dirinya dengan mitra dagang sejak referendum Brexit 2016," jelas Bradshaw.
Dia menilai, keluarnya Inggris dari Uni Eropa (UE) sebenarnya merugikan karena selama bergabung di Uni Eropa Inggris memiliki hubungan perdagangan yang menguntungkan.
Baca juga: Buah dan Sayur dari Spanyol Selatan dan Afrika Utara Langka, Supermarket di Inggris Batasi Penjualan
Menurutnya, keluarnya Inggris dari UE telah menimbulkan kerusakan pada perdagangan lintas batas negara.
"Sungguh menarik bahwa sebelum Brexit kami tidak menggunakan apapun, atau sangat sedikit impor dari Maroko, namun kami terpaksa pergi lebih jauh dan kini guncangan iklim yang semakin umum ini berdampak nyata pada makanan yang tersedia di rak kami hari ini," pungkas Bradshaw.