Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dalam penutupan pasar pada Sabtu (12/3/2023), harga emas dunia di level di 1,868,50 dolar Amerika Serikat (AS) per troy ounce.
Pengamat komoditas sekaligus Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memperkirakan harga emas akan menguat awal pekan depan.
"Sedangkan untuk perdagangan Senin, emas dunia akan diperdagangkan menguat di rentang 1,848.10 dolar AS per troy ounce hingga 1,886.10 dolar AS per troy ounce," ujar dia melalui risetnya, Minggu (12/3/2023).
Baca juga: Naik Rp 16.000 dalam Sepekan, Harga Emas Antam Kini di Level Rp 1.049.000 per Gram
Adapun Bank Sentral AS atau The Fed diperkirakan akan menetapkan kenaikan 50 basis poin pada keputusan suku bunga berikutnya pada 22 Maret 2023.
"The Fed mungkin memilih kenaikan 25 basis poin sebagai gantinya, meskipun tidak ada cukup konsensus tentang itu," kata Ibrahim.
Diketahui, The Fed mengatakan, bahwa pelambatan pasar tenaga kerja akan diperlukan untuk mendinginkan inflasi yang terbukti lebih membandel daripada perkiraan.
Salah satu tantangan terbesar The Fed adalah data ketenagakerjaan yang luar biasa karena pasar tenaga kerja negara terus mengejutkan para ekonom dengan pertumbuhan luar biasa dari bulan ke bulan.
Sementara, pembuat kebijakan di seluruh dunia biasanya merayakan melihat jumlah pekerjaan yang baik, The Fed menghadapi kesulitan yang berbeda.
"Bank sentral ingin melihat pelonggaran kondisi tenaga kerja yang saat ini sedikit "terlalu baik" untuk kebaikan ekonomi sendiri," tutur Ibrahim.
Dalam hal ini, pengangguran di level terendah lebih dari 50 tahun dan upah bulanan rata-rata yang telah tumbuh tanpa henti sejak Maret 2021 .
Jaminan pekerjaan dan pendapatan seperti itu telah melindungi banyak orang Amerika dari tekanan harga terburuk sejak 1980-an dan mendorong mereka untuk terus berbelanja, yang selanjutnya mendorong inflasi.
"Jumlah pekerjaan bulanan perlu tumbuh secara signifikan di bawah ekspektasi untuk menciptakan setidaknya dalam pekerjaan dan keamanan upah yang menurut Fed adalah dua masalah terbesar saat ini dalam memerangi inflasi," pungkasnya.