Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Regulator keuangan Amerika Serikat mengonfirmasi penutupan Signature Bank yang berbasis di New York, AS dalam upaya untuk mencegah penyebaran krisis perbankan.
“Kami juga mengumumkan pengecualian risiko sistemik serupa untuk Signature Bank, yang ditutup hari ini oleh otoritas pencarteran negara bagiannya,” sebut Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) dalam pernyataan bersama Minggu (12/3/2023) malam.
Regulator perbankan mengatakan deposan di Signature Bank akan memiliki akses penuh ke deposito mereka, langkah serupa untuk memastikan deposan di Silicon Valley Bank (SVB) yang gagal akan mendapatkan uang mereka kembali.
“Semua deposan lembaga ini akan dijadikan utuh. Seperti halnya resolusi Silicon Valley Bank, tidak ada kerugian yang ditanggung oleh pembayar pajak,” kata regulator.
Signature Bank merupakan salah satu bank utama industri cryptocurrency, yang terbesar setelah Silvergate.
Menurut FactSet, perusahaan perbankan ini memiliki valuasi pasar 4,4 miliar dolar AS setelah menjual 40 persen sahamnya tahun ini.
Akhir tahun lalu, Signature Bank memiliki total aset sebesar 110,4 miliar dolar AS dan total simpanan 88,6 miliar dolar AS, menurut pengajuan sekuritas.
Untuk membendung kerugian dan mencegah krisis yang lebih besar, Fed dan Departemen Keuangan AS membuat program darurat untuk mendukung simpanan di Signature Bank dan Silicon Valley Bank menggunakan otoritas pinjaman darurat Fed.
Baca juga: BoE Tutup Cabang Silicon Valley Bank di Inggris
Dana asuransi simpanan FDIC akan digunakan untuk melindungi deposan, banyak di antaranya tidak diasuransikan karena jaminan simpanan sebesar 250.000 dolar AS.
Baca juga: Analis: Efek Kebangkrutan Silicon Valley Bank Kecil Terhadap Pasar Keuangan Indonesia
“Sementara deposan akan memiliki akses ke uang mereka, ekuitas dan pemegang obligasi di kedua bank sedang dihapus,” kata seorang pejabat senior Departemen Keuangan AS.