Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan nilai ekspor Februari 2023 mencapai 21,40 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau turun minus 4,15 persen secara bulanan atau month to month dibanding bulan sebelumnya.
Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M Habibullah merincikan, ekspor migas secara bulanan terjadi penurunan minus 20,26 persen atau turun secara nilai dari 1,49 miliar dolar AS menjadi 1,19 miliar dolar AS.
Sementara untuk nilai ekspor non migas, turun dari 20,83 miliar dolar AS menjadi 20,21 miliar dolar AS atau menurun sebesar 3 persen.
"Secara grafis, kita lihat dari 2021, 2022, dan 2023, nilai ekspor kembali melambat secara bulanan di Februari 2023. Tetapi, tidak sedalam bulan sebelumnya," ujarnya dalam konferensi pers, Rabu (15/3/2023).
Habibullah menjelaskan, penurunan ekspor secara total ini tidak sedalam pada Januari 2023, di mana turun minus 6,31 persen terhadap Desember 2022.
Sementara itu, penurunan ekspor non migas sebesar 3 persen pada Februari 2023 secara bulanan, di antaranya disebabkan oleh bahan bakar mineral atau kode HS 27 yang nilainya turun 6,51 persen.
Kemudian, komoditas logam mulia dan perhiasan permata kode HS 71 nilainya turun 30,07 persen dan bijih logam perak dan abu kode HS 26 nilainya turun 29,86 persen.
Baca juga: Ekonomi Tahun Ini Sulit, Bahlil Sebut Kinerja Ekspor dan Investasi Kuartal I 2023 Alami Penurunan
Demikian juga untuk alas kaki dengan kode HS 64 nilainya turun sebesar 13,78 persen dan untuk komoditas mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya atau kode HS 84 nilainya turun 11,93 persen.
Baca juga: Ekspor Produk Perikanan RI Tembus 5,71 Miliar Dolar di Kuartal IV 2022
"Adapun ekspor migas nilainya mengalami penurunan sebesar 20,26 persen disebabkan oleh nilai hasil minyak turun 43,87 persen dan secara volume turun 42,82 persen. Terus, nilai gas turun 14,78 persen dan secara volume turun 12,13 persen," pungkas Habibullah.