Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kolapsnya Silicon Valley Bank (SVB) di Amerika Serikat (AS) dinilai tidak berdampak signifikan terhadap perbankan Indonesia.
Sementara di sisi lain, jatuhnya Bank Silicon Valley tersebut memberikan keuntungan untuk pasar obligasi dan valas dengan masuknya aliran modal asing.
Baca juga: Silicon Valley Bank Bangkrut, Dana Asing Masuk ke Pasar SBN dalam Sepekan Senilai Rp 9,62 Triliun
"Ke pasar obligasi dan valas malah cenderung positif. Dalam sepekan terakhir di periode kejatuhan bank-bank AS, rupiah malah cenderumg menguat dan net inflow asing di pasar obligasi pemerintah lebih dari Rp 9 triliun," ujar Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA) David Sumual melalui pesan singkat kepada Tribunnews.com, Kamis (23/3/2022).
Menurut David, pergerakan rupiah terhadap Greenback cenderung kuat karena pasar berekspektasi Bank Sentral AS atau The Fed tidak lagi terlalu naikkan suku bunga seperti sebelumnya.
Lebih lanjut, dia menambahkan, bahwa kondisi perbankan domestik sangat berkebalikan dari apa yang terjadi di eksternal.
Baca juga: Daftar Perusahaan yang Terpengaruh Keruntuhan Silicon Valley Bank, Apa Saja?
Permodalan kuat perbankan di tanah air tercermin dari angka rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) sangat kuat sebesar 25 persen.
"CAR 25 persen satu di antara yang tertinggi di dunia. Likuiditas juga relatif sangat memadai dan tidak ada persoalan missmatch dalam aset dan kewajiban seperti yang terjadi pada bank-bank luar yang sekarang sedang bermasalah," pungkasnya.