News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Silicon Valley Bank Bangkrut

Intip Dampak Bank Silicon Valley Kolaps dan Suku Bunga AS Naik Lagi ke Rupiah

Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Perdagangan saham di bursa Wall Street berakhir melemah tajam setelah The Fed menetapkan kenaikan suku bunga 25 basis poin, Rabu (22/3/2023) kemarin.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed menaikkan suku bunga sebesar seperempat poin persentase atau 25 basis poin (Bps) pada Rabu (22/3/2023).

Pengamat perbankan Paul Sutaryono menilai, kenaikan suku bunga acuan AS bertujuan untuk menurunkan laju inflasi 6 persen per Februari 2023.

"Target inflasi menurut The Fed adalah 2 persen," ujarnya melalui pesan singkat kepada Tribunnews.com, Kamis (23/3/2023).

Baca juga: Ikuti Jejak The Fed, Bank Sentral Hong Kong Naikkan Suku Bunga 25 Basis Poin

Menurut dia, naiknya suku bunga AS tidak berdampak terhadap rupiah karena tetap akan terjaga, meski harus waspada di saat yang sama Silicon Valley Bank (SVB) di AS kolaps hingga bangkrut.

"Rupiah akan tetap terkendali. Namun, Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan tetap harus meningkatkan kewaspadaannya terhadap implikasi jatuhnya SVB dan kenaikan suku bunga acuan AS," kata Paul.

Dihubungi terpisah, Ekonom sekaligus Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, rupiah cenderung melemah karena naiknya suku bunga The Fed menjadi isyarat, bahwa tren suku bunga tinggi masih berlanjut hingga akhir tahun.

Kenaikan suku bunga juga memiliki implikasi terhadap risiko inflasi yang masih menghambat pemulihan ekonomi pasca pandemi.

Baca juga: Ketua The Fed Peringatkan Pertarungan Inflasi Masih Berlanjut, Wall Street Langsung Melemah Tajam

"Fed rate diperkirakan masih akan naik dua kali lagi karena masalah utama adalah menjinakkan inflasi tahunan AS," tutur dia.

Sementara itu, Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA) David Sumual menyampaikan, suku bunga The Fed yang masih naik tersebut sudah diperkirakan, sehingga dampak terhadap mata uang Garuda tidak besar.

"Sudah dalam ekspektasi, pengaruh ke rupiah tidak signifikan. Fed rate kemungkinan masih bisa satu kali lagi kenaikan," pungkasnya.

Sekadar informasi, pada penutupan Selasa sore pekan ini, mata uang rupiah ditutup menguat 15 poin ke level Rp 15.345 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di level Rp 15.359 per dolar AS.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini