TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) melihat smelter nikel saat ini sudah terlalu banyak, akibat tidak dilakukan pembatasan.
“Hilirisasi nikel sudah berjalan. Smelter sudah kebanyakan malah menurut saya, enggak direm,” kata Jokowi seusai peresmian Taman Kehati Sawerigading Wallacea milik Vale Indonesia, dikutip dari Kontan, Jumat (31/3/2023).
Berdasarkan data Kementerian ESDM, sumberdaya nikel Indonesia 17,68 miliar ton dan cadangan 5,2 miliar ton.
Cadangan nikel sebagian besar tersebar di Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara.
Baca juga: Pembangunan Smelter Tembaga di Sumbawa Barat Sudah 51,63 Persen, Diperkirakan Beroperasi Akhir 2024
Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batubara, Irwandy Arif menjelaskan, saat ini produksi nickel pig iron (NPI) mengalami oversupply karena digandrungi para pelaku usaha.
Nilai investasi teknologi pirometalurgi atau Rotary Klin-Electric Furnace (RKEF) relatif lebih murah dibandingkan teknologi HPAL.
Lubernya produksi NPI di Indonesia memberikan efek domino pada sejumlah hal, salah satunya harga NPI yang akan semakin tertekan. Maka itu pemerintah akan mengendalikan produksi NPI di Tanah Air.
Perihal pembatasan itu, pemerintah sedang membahas di level antar kementerian. Di sisi Kementerian ESDM, pihaknya sudah mendiskusikan masalah pembangunan smelter pirometalurgi yang memproduksi NPI dan feronikel.
“Targetnya sedang menunggu data-data secara pasti, dilihat secara komprehensif mulai dari sumber daya cadangan smelternya,” ujar Irwandy.
Saat ini sudah ada 33 smelter berteknologi pirometalurgi yang telah beroperasi dan menghasilkan hingga 115,45 juta metrik ton NPI. Adapun sebanyak 37 smelter yang akan memproduksi 90,88 juta MT sedang proses konstruksi dan 27 smelter rencana dibangun.
Irwandy bilang, kalau produksi NPI dan feronikel terus bertambah, otomatis laju konsumsi nikel saprolit lebih tinggi.
“Sedangkan jumlah cadangan nikel itu 5,5 miliar ton, bisa bayangkan kalau terus begini cadangan habis kalau eksplorasi dan penemuan baru tidak ada. Jadi cukup kritis,” ujar dia.
Maka itu diperlukan pembangunan smelter hidrometalurgi yang menghasilkan produk bahan baku baterai listrik. Tetapi pembangunan smelter hidrometalurgi relatif lebih mahal dibandingkan pirometalurgi. Irwandy bilang, untuk membangun smelter HPAL membutuhkan dana kisaran US$ 1 miliar atau Rp 15 triliun (kurs Rp 15.000 per dolar) bahkan bisa lebih.
Adapun saat ini masih ada sejumlah kendala dalam pengembangan smelter nikel antara lain masalah pendanaan, pasokan energi, pembebasan lahan, perizinan, dan isu lainnya.
Irwandy menjelaskan, untuk pendanaan, pemerintah sudah mempertemukan pihak perusahaan dengan perbankan untuk melihat peluang potensi pengembangan smelter nikel.
Bikin Baterai Kendaraan Listrik
Presiden Jokowi mengatakan, tembaga yang akan diproses menjadi katoda tembaga akan dijalankan oleh PT Freeport Indonesia dan PT Amman Mineral Nusa Tenggara.
Namun, Jokowi merasa perjalanan melaksanakan hilirisasi tidak cukup sampai di sini.
Pemerintah ingin mendorong agar mineral tidak hanya dibuat menjadi barang setengah jadi, tetapi bisa diolah lebih lanjut menjadi produk akhir (barang jadi).
Baca juga: BKPM: Industri Smelter Banyak Dikuasai Pemain Asing karena Perbankan Belum Serius Masuk
“Bukan hanya katoda, prekursor, tetapi kalau bisa larinya ke (baterai) kendaraan listrik, jika sudah rampung masuknya ke otomotif. Ekosistem besar yang ingin kita bangun itu,” kata Jokowi.
Menurut dia, melalui cara ini, komoditas mineral dapat memberikan nilai tambah yang signifikan bagi Indonesia dan membuka kesempatan kerja yang besar bagi masyarakat. “Ini jangan sampai dinikmati oleh negara lain!” tegasnya.
Untuk mendukung target besar ini, Jokowi berpesan, semua pihak seperti investor asing, bisa berinvestasi di Indonesia baik itu sendiri maupun bekerja sama dengan BUMN atau swasta.
“Tetapi yang paling penting harus mengolah bahan mentah itu menjadi setengah jadi, atau barang jadi. Sehingga memiliki nilai tambah. Kuncinya di situ, yang kita inginkan nilai tambah,” tandas Jokowi.
Apresiasi Empat Negara
Presiden Jokowi mengapresiasi kerja sama empat negara yakni Indonesia, Brazil, Amerika Serikat, dan China membangun smelter nikel berteknologi HPAL senilai Rp 67,5 triliun di Sorowako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan.
“Di Kabupaten Luwu Timur, Provinsi Sulawesi Selatan ada kerja sama empat negara yang kami harapkan ke depan memberikan kontribusi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) kabupaten dan memberi efek ekonomi pada masyarakat," ujarnya.
Sebagai informasi, proyek kerja sama yang disebut Jokowi ialah proyek IGP Pomalaa yang merupakan pabrik HPAL Nikel dalam MHP.
Smelter yang akan mengolah 120.000 ton Ni/tahun dikembangkan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) bersama Zhejiang Huayou Cobalt Co dan Ford Motor Co. Adapun nilai investasi proyek yang mencapai Rp 67,5 triliun ini konstruksinya sedang berjalan.
Jokowi menyebut Vale Indonesia sebagian sahamnya dimiliki oleh MIND ID sebagai holding perusahaan tambang BUMN Indonesia dan Brazil.
Adapun perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam proyek IGP Pomalaa ini merupakan korporasi raksasa dunia seperti Ford merupakan raksasa mobil di Amerika dan Huayou raksasa industri di China.
“Dengan ini diharapkan bisa memberikan efek ekonomi terhadap provinsi dan negara,” tegasnya.
Presiden menyatakan, alasan Amerika dan China merapat ke Indonesia lantaran cadangan nikel yang tersimpan di Tanah Air merupakan yang terbesar di dunia. Menurut data, 25 persen cadangan nikel dunia ada di Indonesia.
Jokowi menegaskan, meskipun cadangan nikel Indonesia melimpah, pemerintah tidak ingin komoditas tersebut cepat habis. Maka itu, Indonesia telah melarang ekspor bijih nikel pada awal tahun 2020 dan perusahaan di Indonesia hanya bisa menjual nikel setengah jadi seperti yang dilakukan oleh Vale Indonesia.
Baca juga: Panglima TNI Jelaskan Dasar Pelibatan TNI dalam Satgas Pengamanan Smelter
Pada kesempatan yang sama, Jokowi juga meninjau dan mengapresiasi pemenuhan aspek lingkungan yang telah dilaksanakan Vale Indonesia dengan melakukan rehabilitasi dan reklamasi lahan bekas tambang.
Tidak hanya itu, Presiden juga menilai baik upaya yang dilaksanakan Vale Indonesia di Taman Kehati yang merupakan fasilitas terintegrasi dengan Pusat Persemaian (nursery), penyiapan bibit, dan arboretum. Di sini Vale juga memberikan edukasi kepada anak-anak mengenai pentingnya lingkungan.
“Saya segera perintahkan kepada seluruh perusahaan tambang di Indonesia men-copy meniru yang dilakukan Vale Indonesia,” tegasnya. (Kontan)