News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Lawan Dominasi Dolar AS, Aliansi BRICS Siap Luncurkan Mata Uang Bersama

Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Seno Tri Sulistiyono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dominasi mata uang dolar AS dalam perdagangan globaln kini menghadapi tantangan, karena negara-negara seperti China dan India, melangkah maju untuk memperdagangkan mata uang mereka sendiri.

Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni

TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW - Dominasi mata uang dolar AS dalam perdagangan globaln kini menghadapi tantangan, karena negara-negara seperti China dan India, melangkah maju untuk memperdagangkan mata uang mereka sendiri.

Selain itu, negara-negara yang dianggap selaras atau netral oleh pihak Barat dalam hal serangan Rusia yang sedang berlangsung di Ukraina, semakin bersatu untuk fokus pada keuangan global bersama.

Dikutip dari Wio News, Negara-negara BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan) dilaporkan sedang menjajaki rencana peluncuran mata uang bersama untuk perdagangan di antara mereka.

Baca juga: Geser Dolar AS, Yuan China Jadi Mata Uang Terbanyak Diperdagangkan di Rusia

Mata uang BRICS diperkirakan diumumkan paling cepat pada Agustus 2023 pada KTT BRICS yang digelar di Afrika Selatan.

Saat berbicara di acara Forum Ekonomi Internasional St. Petersburg di New Delhi, India, pada pekan lalu, wakil ketua parlemen Rusia Duma Negara, Alexander Babakov, mengatakan rencana kelompok itu pada awalnya adalah beralih menggunakan mata uang domestik dalam transaksi perdagangan.

Setelah itu, pengenalan dan sirkulasi bentuk mata uang digital atau alternatif dapat dieksplorasi. Pengenalan potensi mata uang bersama BRICS sangat signifikan mengingat perbedaan bilateral antara India dan China karena kebuntuan militer yang sedang berlangsung di sepanjang Garis Kontrol Aktual (LAC) antara dua raksasa Asia tersebut.

Babakov mengatakan, KTT para pemimpin BRICS akan mengungkapkan kesiapan untuk mengimplementasikan inisiatif khusus ini, dengan pengerjaan proyek yang sedang berlangsung, menurut laporan media berita Rusia Sputnik.

"Dolar AS memainkan peran yang terlalu dominan dalam keuangan global," kata mantan kepala ekonom Goldman Sachs Group Inc, Jim O'Neill, yang menciptakan akronim BRIC, dalam sebuah makalah yang dimuat dalam jurnal Kebijakan Global pada bulan lalu.

"Setiap kali Dewan Federal Reserve memulai periode pengetatan moneter, atau sebaliknya, melonggarkan, konsekuensi pada nilai dolar dan efek lanjutannya sangat dramatis," sambungnya.

Brasil, Rusia, India, dan China mendirikan BRIC pada 2009 dan blok tersebut menjadi BRICS setahun kemudian ketika Afrika Selatan bergabung.

Jika blok itu diperluas untuk memasukkan "negara-negara berkembang dengan surplus yang terus-menerus", sistem global multi-mata uang yang lebih adil secara global dapat muncul, kata O'Neill.

India telah melakukan upaya yang konsisten untuk mengganti dolar AS dengan rupee sebagai mata uang cadangan global.

New Delhi menawarkan negara-negara yang menghadapi kekurangan dolar AS untuk menyelesaikan pembayaran perdagangan mereka dalam rupee India.

Sedangkan China mendirikan bursa komoditasnya sendiri yaitu Shanghai International Energy Exchange (INE) pada 2018, untuk pengiriman minyak dari negara-negara seperti Iran, Venezuela, dan Rusia. Kontrak yang diperdagangkan di INE hanya dalam pembayaran dengan renminbi China.

Kesepakatan potensial antara China dan Arab Saudi untuk menyelesaikan transaksi perdagangan dalam renminbi selanjutnya dapat mendorong kembali dolar AS dari pasar minyak

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini