Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Amerika Serikat (AS) terancam gagal bayar utang karena batas atau limitnya sudah mentok di 31 triliun dolar AS atau sekira Rp 460 ribu triliun.
Pengamat dan praktisi sustainable finance Rizky Wisnoentoro mengatakan, dalam gejala yang kerap terjadi, setiap Greenback melemah akan mendongkrak harga emas.
"Hal ini sangat mungkin kembali terjadi (penguatan harga emas)" ujarnya melalui pesan singkat kepada Tribunnews.com, ditulis Minggu (30/4/2023).
Baca juga: AS Terancam Default, Janet Yellen Singgung Bencana Ekonomi, Analis Sebut Ada Dampak ke Rupiah
Tetapi, menurutnya yang menarik untuk dikaji ialah kemungkinan emas diperdagangkan dengan standar selain dolar AS.
"Hal ini akan menjadi salah satu penentu arah keseimbangan baru ke depan," kata Rizky.
Lebih lanjut, dia belum dapat memastikan sektor bisnis mana yang akan untung saat kinerja mata uang Negeri Paman Sam lesu saat ini.
Namun, dirinya optimistis bisnis pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) akan terus menanjak dalam 5 tahun mendatang.
"Di jangka 5 tahun ke depan, yang akan mulai semakin mengambil posisi ialah industri UMKM dan produk-produk ramah lingkungan bersumber dari sumber daya dalam negeri dan diolah pula di dalam negeri. Akan lebih baik lagi misalnya, jika kita mulai lebih kuat lagi menetapkan transaksi investasi dalam denominasi rupiah, dengan kata lain hedging ataupun risiko dari pergeseran currency sudah dapat terfilter lebih dulu," pungkasnya.