TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ekonomi Indonesia diyakini akan tetap terjaga dengan baik meski negara Amerika Serikat (AS) saat ini berpotensi gagal bayar utang sebesar US$ 31,45 triliun.
Hal tersebut disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani yang melihat ekonomi Indonesia saat ini masih tetap tumbuh secara positif.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan, hingga saat ini Surat Berharga Negara (SBN) masih dilirik oleh investor.
Baca juga: Janet Yellen: Satu-satunya Jalan Menjaga Ekonomi Amerika Tetap Baik dengan Menaikkan Plafon Utang
Selain itu, prospek perekonomian Indonesia juga dinilai masih baik, dengan inflasi yang terjaga.
“Untuk pertanyaan gagal bayar di Amerika Serikat, sampai hari ini sebenarnya kalau kita liat dari perkembangan, tidak ada pengaruh kepada perekonomian kita,” kata Sri Mulyani dikutip dari Kontan, Selasa (9/5/2023).
Sri Mulyani mengaku, sampai saat ini masih belum melihat adanya sinyal potensi gagal bayar utang di Amerika Serikat yang akan mengganggu pasar keuangan global.
Menurutnya, Amerika Serikat bisa bayar utang asalkan debt ceiling atau pagu utangnya dibuka, meski memang terhalang oleh dinamika politik.
“Kita lihat pasar juga belum memberikan sinyal terhadap kemungkinan dinamika politik itu. Itu kan dinamika politik sebetulnya. Amerika bisa bayar utangnya kalau debt ceiling nya dibuka, tapi ada dinamika politiknya,” jelasnya.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen memperingatkan kegagalan Kongres AS untuk menaikkan plafon utang pemerintah akan berdampak terhadap gagal bayar utang AS.
Yellen mengingatkan risiko gagal bayar utang (default) akan memicu malapetaka ekonomi.
Tercatat, utang AS mencapai US$ 31 triliun pada Oktober 2022, sedangkan per 31 Maret 2023 bertambah menjadi US$ 31,45 triliun.
Bengkaknya utang AS, dipicu oleh pandemi Covid-19. Saat itu, pemerintah AS harus menggelontorkan stimulus US$ 5 triliun guna menyelamatkan perekonomian. (Siti Masitoh/Kontan)