Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nitis Hawaroh
TRIBUNNEWS.COM, LABUAN BAJO - Perhelatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-42 di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT) mampu mendongkrak ekonomi masyarakat lokal.
Veni (42) misalnya, seorang ibu rumah tangga ini rela menyewakan rumahnya untuk mendukung perhelatan KTT ASEAN. Dia bahkan harus tinggal di indekos yang ia miliki.
Meski begitu, Veni mengaku senang lantaran mendapat pemasukan lebih tinggi, jika dibandingkan dengan jumlah uang sewa indekos selama satu bulan.
Baca juga: Menhub Pastikan Kesiapan Bandara Komodo untuk Kepulangan Perdana Menteri dan Delegasi KTT ASEAN
"Kalau pribadi saya, saya senang sekali maksudnya dari segi pemasukan ada lah untuk kita toh. Kalau di pikir siapa yang mau kasih kita uang segitu toh," kata Veni kepada Tribunnews, Kamis (11/5/2023).
"Daripada kita istilahnya macam pegawai negeri, sebulan dapat gajian tapi ini kita dapat uang segitu saya pikir luar biasa sekali," lanjutnya.
Untuk diketahui, Veni memiliki hunian indekos sebanyak 13 kamar. Letaknya, tak jauh dari tempat tinggal Veni di Jalan Sernaru, Kelurahan Wae Kelambu, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur.
Veni mengaku tarif sewa indekos rerata Rp 800 sampai 900 ribu per bulan. Kata dia, dalam sebulan jumlah uang yang dia dapatkan senilai Rp 10 juta lebih.
Untuk itu, Veni berujar perhelatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN di Labuan Bajo ini sangat membantu perekonomian keluarganya.
"Sangat luar biasa sekali. Sangat membantu, terus menguntungkan," ungkapnya.
Dikatakan Veni, dia menyewakan rumahnya terhitung mulai tanggal 29 April hingga 13 Mei 2023. Dia juga enggan membeberkan nilai sewa rumah selama dua Minggu itu.
Baca juga: Buka Welcoming Dinner KTT ASEAN, Jokowi Promosikan Pulau Komodo
Terakhir, Veni menyatakan, dirinya tak pernah mematok harga untuk sewa rumah. Prinsipnya, dia hanya membantu menyukseskan gelaran pertemuan para pemimpin negara ASEAN itu, melalui penginapan yang dia punya.
"(Rumah) dikontrakan karena kita cuman bertiga saja, kebetulan ada kamar indekos yang keluar satu orang. Jadi sudah kita nginap di situ (indekos) selama berminggu-minggu," jelasnya.
"Kita tidak mematok harga (sewa rumah), jadi kami pikir suatu saat kita merantau menemukan situasi yang sama," sambungnya.