Laporan Wartawan Tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Salah satu anak usaha BUMN, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) dihadapkan pada sejumlah risiko besar imbas saldo modal kerja negatif yang dipaparkan dalam kinerja laporan keuangan terakhirnya.
Analis saham, Marolop Alfred Nainggolan mengatakan, setidaknya ada tiga risiko yang dihadapi PGEO ketika alami modal kerja negatif.
Pertama yakni risiko likuiditas, di mana perseroan akan kesulitan menghadapi kondisi eksternal seperti penagihan utang jatuh tempo.
Menurutnya, perusahaan dengan modal kerja negatif akan lebih sulit saat menghadapi guncangan dibanding dengan perusahaan yang punya modal kerja positif.
"Ketika perusahaan dengan likuiditas tidak baik, maka akan semakin berisiko terhadap faktor-faktor atau risiko ke depannya," kata Alfred kepada wartawan, Rabu (17/5/2023).
Baca juga: Rincian Modal Usaha Kemitraan Pertashop Pertamina 2023, Lengkap Beserta Syarat dan Cara Daftarnya
Alfred menjelaskan bahwa kondisi perusahaan dengan modal kerja negatif juga lebih berisiko default atau gagal membayar kewajiban sesuai jadwal.
Selain itu modal kerja negatif juga dinilai bisa mempersempit sisi operasional, sehingga pergerakan bisnis PGEO menjadi terbatas.
"Walaupun manajemen mengklaim mendapat dukungan dari holding, tapi tetap saja di atas kertas risiko default lebih besar ketimbang ketika perseroan memiliki modal kerja positif," katanya.
Kepala Riset Praus Capital ini menyebut risiko ketiga yang dihadapi yakni soal persepsi negatif dari para stakeholder perseroan.
Hal ini disebut bisa memberikan sentimen buruk kepada pelaku pasar dan turut berdampak pada kinerja saham PGEO di lantai bursa kedepannya.
Baca juga: 50 UMKM Binaan Pertamina Siap Assessment Sertifikasi Halal
"Karena informasi terkait kondisi ini dilaporkan sendiri oleh manajemen dan dibaca oleh stakeholder. Tentu mereka akan melihat kondisi modal kerja negatif ini sebagai gambaran yang tidak bagus," kata dia.
Sebagai informasi, laporan keuangan PGEO per 31 Desember 2022 memiliki saldo modal kerja negatif senilai 424.475 dolar AS. Modal kerja negatif menunjukkan bahwa utang lancar perseroan lebih besar dibandingkan dengan aset lancarnya.
Pada saat bersamaan, tercatat total utang PGEO mencapai 943,28 juta dolar AS, terdiri dari pinjaman bank jangka panjang setelah dikurangi bagian yang akan jatuh tempo dalam satu tahun senilai 327,7 juta dolar AS.
Sedangkan utang jangka pendek atau utang lancar perseroan tercatat 615,58 juta dolar AS.