Laporan Wartawan Tribunnews, Larasati Dyah Utami
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Indonesia dianggap sebagai 'peace broker' atau pedagang yang bisa dipercaya oleh negara Republik Demokratik Rakyat Korea (RDRK) atau yang lebih dikenal dengan Korea Utara.
Hal ini yang membuat beberapa barang komoditas Indonesia cukup terkenal di negara tersebut.
Duta Besar RI untuk Korea Utara (2019-2022), Berlian Napitupulu tidak menampik bahwa cukup sulit untuk masuk pasar Korea Utara, namun tidak menutup kemungkinan barang komoditas Indonesia bisa masuk melalui pendekatan yang baik.
Baca juga: Ramai-ramai Kurangi Candu Dagang ke China, Indonesia Bisa Ambil Kesempatan
Hal ini ia sampaikan pada diskusi bertajuk 'Diplomasi di Tengah Situasi yang Menantang' yang diisi oleh para Kepala Perwakilan RI secara virtual, Rabu (17/5/2023).
"Saya apresiasi beberapa pengusaha kita yang berani masuk, walaupun sekarang sudah sulit. Kita fokus ke beberapa produk unggulan. Deterjen itu sangat disukai, So Klin, B29, Rinso itu sangat dikenal, bahkan lebih dikenal dari produk lainnya, itu kita bisa masuk," kata Berlian.
Menurutnya, selama tidak melanggar sanksi PBB, barang komoditas Indonesia bisa masuk Korea Utara dengan hati-hati, sebab aturannya semakin ketat.
Baca juga: Eks Pimpinan KPK Sebut Ada Indikasi Dagang Perkara Terkait Bocornya Dokumen Penyelidikan ESDM
Dubes RI mengatakan bahwa hubungan baik kedua negara dibangun sejak tahun 1961 atau sejak zaman Presiden Soekarno.
Kementerian Luar Negeri RI juga mencatat Korea Utara merupakan negara yang selalu merespon positif atau memberi dukungan penuh terhadap pencalonan Indonesia di berbagai organisasi Internasional tanpa meminta timbal balik.
Kendati Korea Utara dikenal sebagai negara yang tertutup, menurut Dubes RI bahkan negara yang berperang sekalipun masih membutuhkan barang impor.
"Memang informasi di negara ini sentralistik, tapi prinsipnya dimana ada orang, disitu dia perlu makan. Ketika (bahan pangan/barang) sulit masuk), orang lapar maka harga menjadi sekunder. Itulah peluang kita," ujarnya.
Dubes Berlian pun membuka diri untuk berdiskusi dengan pengusaha Indonesia yang ingin mencoba berinvestasi di Korea Utara.
"Saya buka kantor saya 24 jam untuk berkomunikasi baik pertemuan langsung atau melalui internet atau whatsapp," ujarnya.
"Ada beberapa pengusaha kita yang berani," ujarnya.