Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bagi konsumen kretek menengah ke bawah, harga jual ikut menentukan keputusan mereka membeli rokok kretek yang dijual di toko-toko.
Untuk penggemar kretek jenis sigaret kretek tangan (SKT) mereka menyukai rokok kretek yang tarikannya mantap namun harga tetap terjangkau.
Data ini didapat PT Nojorono Tobacco International (NTI), salah satu produsen rokok kretek berbasis di Kudus, Jawa Tengah, berdasarkan hasil analisis lembaga riset pasar AC Nielsen dari data retail audit industri sigaret year-to-date tanah air tahun 2023.
Baca juga: Komunitas Kretek Nilai Pasal Penyetaraan Tembakau dengan Narkotika Tak Perlu Masuk RUU Kesehatan
"Berdasarkan paparan data yang kami peroleh, perokok masa kini cenderung mencari rokok yang ‘mengenyangkan’ namun tetap dengan banderol harga kompetitif,” ujar Christina Mirgayawati, Brand Manager PT NTI di sela acara peluncuran SKT baru Saroja produksi Nojorono Kudus di Jakarta baru-baru.
Dia menjelaskan, Saroja menyasar segmen pasar dewasa muda dan diyakini mampu memenuhi dua keinginan pasar tersebut
Daniel Halim, Product Development Department Head PT NTI mengatakan, Saroja menjadi inovasi perusahaannya di kategori SKT yang telah disiapkan matang sejak tahun lalu.
"Dengan didukung penggunaan alat giling inovatif yang telah memenuhi standar industri rokok saat ini, Saroja diharapkan mampu memenuhi dua keinginan pasar tersebut,” ujar Daniel.
Arief Goenadibrata, Managing Director PT NTI menambahkan, Saroja muncul sebagai salah satu produk SKT inovatif dan relevan dengan kondisi pasar SKT saat ini karena menawarkan selera membumi, dengan banderol harga kompetitif di kelasnya.
Nojorono sendiri merupakan salah satu pemain rokok kretek tertua di Indonesia. Perusahaan ini didrikan oleh Tjoa Kang Hay pada 1932 di Kudus dan bisnis rokoknya dilanjutkan oleh dua menantunya, yakni Ko Djee Siong dan Bapak Tan Djing Thay.
NTI kini memproduksi rokok kretek sejak dan kini memproduksi rokok SKT dan rokok kretek mild dengan segmen pasar berbeda dan dalam kategori industri sigaret lima besar di Indonesia.