TRIBUNNEWS.COM – Toko Buku Gunung Agung belakangan ini sedang menjadi pembicaraan karena toko buku berencana menutup semua outletnya di seluruh Indonesia.
Diketahui, Toko Buku Gunung Agung sudah berdiri sejak 1953.
Pihak manajemen mengatakan penutupan semua outlet dilakukan lantaran Toko Buku Agung mengalami kerugian operasional yang semakin besar tiap bulannya.
"Keputusan menutup semua toko buku harus kami ambil karena kami tidak dapat bertahan dengan tambahan kerugian operasional per bulannya yang semakin besar," kata manajemen PT Gunung Agung Tiga Belas dalam keterangan resminya, Minggu (21/5/2023), dikutip dari Kompas.tv.
Berbicara mengenai sejarah Toko Buku Gunung Agung, tentu ada sosok penting di baliknya, yaitu Tjio Wie Tay atau yang biasa dikenal dengan Haji Masagung.
Haji Masagung merupakan pendiri Toko Buku Gunung Agung.
Pria kelahiran Jakarta, 8 September 1927, ini merupakan anak keempat dari lima bersaudara dari pasangan Tjio Koan An dan Tjoa Poppi Nio.
Melalui sebuah buku yang berjudul Di Usia Senja Ingin Mengharumkan Nama Islam – Biografi Haji Masagung karangan Murthiko (1983), Masagung muda pada awalnya merupakan seorang pedagang buah segar (semangka potong).
Ia kemudian beralih menjadi penjual rokok.
Dari situ, Haji Masagung kemudian merambah ke lapak buku bekas, koran, dan majalah.
Titik balik kesuksesan bisnisnya ketika Masagung menggelar pameran buku yang pertama pada 1953.
Dilansir TribunJateng.com, pameran kala itu dihadiri oleh Presiden Soekarno.
Pameran buku pertama di Indonesia ini membuat sang presiden terkesan hingga terjalin persahabatan melalui buku dan penerbitan.
Soekarno kemudian mempercayakan urusan penerbitan buku-bukunya kepada PT Gunung Agung.