Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengatakan, pemerintah telah mengupayakan sejumlah hal guna menjaga harga telur ayam tetap stabil.
Ia mengatakan, pemerintah telah melakukan intervensi dengan membuat closed loop seperti Bantuan Pangan untuk Keluarga Resiko Stunting (KRS)
"Intervensi Pemerintah untuk menjaga harga telur dengan membuat closed loop seperti Bantuan Pangan untuk KRS yang sedang berjalan 3 bulan ini," kata Arief ketika dihubungi Tribunnews, dikutip Senin (5/6/2023)
Baca juga: Ini Biang Kerok Kenaikan Harga Telur Ayam Menurut Kepala Badan Pangan Nasional
Selain itu, Arief berujar bahwa Bapanas juga membantu fasilitas distribusi ke daerah defisit.
"Badan Pangan Nasional juga membantu Fasilitasi Distribusi dari Daerah Surplus ke Daerah Defisit," ujarnya.
Ia pun meminta pemerintah daerah juga ikut bersama-sama menjaga ketersediaan serta stabilitas pangan di daerah.
"Seluruh Pemerintah Daerah juga harus bersama kita menjaga ketersediaan dan stabilisasi pangan di daerah. Kerja sama antar daerah menjadi salah satu kuncinya," ujar Arief.
Adapun alasan di balik kenaikan harga telur ayam beberapa waktu lalu, kata Arief, dipicu oleh kenaikan harga jagung yang merupakan salah satu pakan utama ayam petelur.
"Harga [telur] tinggi beberapa waktu terakhir karena jagung naik sampai di atas Rp 6.000," kata Arief.
Harga tersebut telah melebihi Harga Acuan Penjualan (HAP) Rp 5.000/kg seperti yang ditunjukkan Peraturan Badan Pangan Nasional No.5/2022.
Meski harga jagung naik, Arief mengatakan pemerintah tetap bertahan untuk tidak melakukan impor hingga panen jagung mendatang.
Baca juga: Harga Telur Ayam Mahal, Wamendag: Masih Fluktuatif, Bukan Dipicu Naiknya Harga Pakan Ternak
"Kita bertahan tidak impor jagung sampai sebulan ke depan dapat panen," ujarnya.
Panen jagung akan dilakukan di sejumlah daerah di Indonesia seperti Medan dan Lampung.
"Panen akan mulai dari Medan, Lampung, Jawa Timur, dan Sulawesi. Saat ini mulai di NTB, harga jagung sudah Rp 4.800," kata Arief.
Tak hanya harga pakan yang meningkat, Arief menyebut naiknya harga telur juga disebabkan oleh jarak dari sentra produksi.
"Selain pakan, harga telur tergantung dekat atau jauhnya dari sentra produksi. Makin jauh makin mahal. Supply dan demand juga salah satu penyebabnya," ujarnya.
Sebagai informasi, mengutip data PIHPS Nasional, pekan lalu harga rata-rata telur ayam ras dari semua provinsi turun Rp 750. Dari Rp 31.900 per kilogram, menjadi Rp 31.150.