Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Sulistiono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Laju saham PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) pada perdagangan Selasa (6/5/2023) menyentuh rekor tertinggi sejak perusahaan melakukan penawaran umum perdana saham (initial public offring/IPO).
Tercatat, kemarin saham PGEO kemarin ditutup di harga Rp925 per saham. Ini jadi rekor tertinggi atau all time high sejak listing perdana pada 24 Februari 2023.
Baca juga: Analis: Tata Kelola Kas Semrawut Bisa Berimbas pada Saldo Modal Kerja Pertamina Geothermal Energy
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta Utama mengatakan, sentimen jangka pendek terhadap pergerakan saham PGEO lebih dipicu pembagian dividen tersebut, kendati aksi profit taking akan terjadi, namun saham PGEO dianggap menarik untuk jangka panjang.
"Kinerja PGEO sejauh ini memang profitable dan jika melihat kenaikan harga saham biasanya investor mengakumulasi saham sebelum RUPST dengan melihat adanya pembagian dividen," ujar Nafan ditulis Rabu (7/6/2023).
Baca juga: Beban Keuangan PGEO Nailk 208 Persen, Analis: Perlu Penerapan Mitigasi Risiko yang Kuat
Berdasarkan prospektus IPO PGE, perseroan akan memberikan dividen maksimal 50 persen dari laba bersih. Kebijakan ini berlaku untuk laba 2023 dan seterusnya.
Dalam RUPST yang digelar awal pekan ini, pemegang saham menyetujui pembayaran dividen sebesar 100 juta dolar AS atau 78 persen dari laba bersih 2022.
Agenda lain yg diputuskan dalam RUPST terkait pergantian Direktur Utama dan Direktur Operasi juga dianggap mampu mendukung ekspansi ke depan.
Julfi Hadi yang didapuk sebagai Direktur Utama baru PGE menggantikan Ahmad Yuniarto sebelumnya menjabat sebagai Presiden Direktur PT Medco Cahaya Geothermal, anak usaha PT Medco Power Indonesia. Selain itu, RUPST yang digelar Senin (5/6) kemarin juga menunjuk Direktur Operasi baru, yaitu Ahmad Yani.
Nafan Aji menilai, sosok Direktur Utama dan Direktur Operasi PGE tersebut memiliki komitmen dan political will yang kuat untuk terus meningkatkan strategi bisnis pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT) ke depan.
Selain itu, strategi jangka panjang dan penganggaran belanja modal juga dianggap esensial yang diperhatikan oleh investor.