News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Harga CPO Cenderung Terus Naik Sejak Awal Juni 2023, Begini Ulasan Analis

Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Biji tandan buah segar kelapa sawit. Harga minyak sawit mentah atau CPO terus naik hingga 17 persen sejak awal hingga pertengahan Juni 2023 dari harga RM 3.198 per ton di 1 Juni 2023 menjadi RM 3.743 di 16 Juni 2023.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Harga minyak sawit mentah atau CPO terus naik hingga 17 persen sejak awal hingga pertengahan Juni 2023 dari harga RM 3.198 per ton di 1 Juni 2023 menjadi RM 3.743 di 16 Juni 2023.

Senior Investment Information Mirae Asset Nafan Aji Gusta mengatakan, ada dua faktor penting penyebab harga CPO naik, pertama adalah yang paling terdekat secara geografis di Malaysia masih menghadapi el nino atau fenomena peningkatan suhu.

"Masih menghadapi permasalahan cuaca terkait dengan el nino, sehingga hal tersebut turut mempengaruhi turunnya kapasitas dan kapabilitas produksi CPO," ujarnya saat dihubungi Tribunnews.com, Senin (19/6/2023).

Dengan demikian, peningkatan suhu tersebut juga otomatis memengaruhi terbatasnya suplai minyak kelapa sawit terhadap dunia. Di sisi lain, Nafan menjelaskan, faktor berikutnya yang kedua adalah masih terkait dengan cuaca panas, tapi ini terjadi di Amerika Serikat.

"Maka dari itu, tingkat kapasitas produksi minyak nabati maupun juga soybean itu terbatas ya, itu tidak optimal. Jadi, ini memang sebenarnya berkaitan dengan terbatasnya supaya CPO secara global, sehingga turut memengaruhi kenaikan harga CPO dunia," kata Nafan.

Lebih lanjut, dia memperkirakan harga minyak kelapa sawit dalam jangka pendek dapat bergerak menuju ke level RM 4.000 per ton.

"Secara teknikal, ya untuk sementara ini ya support di RM 3.232 hingga RM 4.349 ya. Jadi, itu saja dulu untuk kisaran pergerakan dari harga CPO dunia karena memang ini rendahnya harga CPO global membuat kinerja rata-rata harga jual emiten CPO di Indonesia masih berpotensi kurang optimal," tutur dia.

Kendati demikian, menurutnya yang paling penting adalah fundamental makro ekonomi di tanah air relatif solid, sehingga kinerja penjualan CPO akan ditopang oleh faktor konsumsi domestik.

Namun, kalau Uni Eropa tetap menerapkan trade barier atau hambatan perdagangan akan menyulitkan penjualan CPO Indonesia ke luar negeri. Nafan menambahkan, dari sisi lainnya adalah terkait dengan perlambatan ekonomi global yang mempengaruhi permintaan dunia terhadap CPO.

Baca juga: Sudah Kuasai Pasar Dunia, Kini Saatnya Indonesia Kendalikan Harga CPO

Belum lagi, terkait dengan volatilitas pasar sehubungan dengan adanya potensi kebijakan The Fed atau Bank Sentral Amerika Serikat dalam menaikkan tingkat suku bunga acuan.

"Jadi memang peluang untuk menaikkan suku bunga acuan di tahun ini bisa satu atau dua kali, sehingga memengaruhi pergerakan dolar AS. Harga komoditas bisa terdepresiasi," ujar Nafan.

Baca juga: Menkeu Sebut Harga CPO Sudah Relatif Stabil, Berharap Petani Dapat Hasil Lebih Baik

Sementara untuk menu pilihan saham yang bisa dicermati investor, dia menunjuk PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) dan PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP).

"Menurut analis fundamental kami, investor bisa mencermati AALI dan LSIP. AALI trading buy TP (target price) Rp8.250 dan LSIP trading buy TP Rp1.180," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini