Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pekan ini diramal menguat imbas laju inflasi Amerika Serikat (AS) yang mulai melambat.
Analis pasar modal Hans Kwee memperkirakan, IHSG pada pekan depan bergerak dengan kisaran level 6.711 hingga 6.971.
"IHSG berpeluang menguat terbatas dengan support di level 6,711 sampai level 6.785 dan resistance di level 6.900 sampai level 6.971," ujar dia melalui risetnya kepada Tribunnews.com, Minggu (16/7/2023).
Dia menjelaskan, inflasi atau Indeks Harga Produsen dan Konsumen AS sama-sama menunjukan pertumbuhan yang melambat ke 4 persen atau terendah dua tahun.
Angka inflasi yang terkendali memberikan harapan The Fed atau Bank Sentral AS mempertahankan suku bunga pada pertemuan September sampai akhir tahun.
"The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada pertemuan Juli," kata Hans.
Hans menambahkan, suramnya data perekonomian China akan menjadi perhatian pelaku pasar meski diprediksi ekonomi tumbuh 7 persen lebih.
"Pekan depan, pelaku pasar menantikan data PDB China yang diperkirakan tumbuh 7,3 persen naik dari 4,5 persen sebelumnya," pungkasnya.
Baca juga: IHSG Terkerek 2,28 Persen, Kapitalisasi Pasar Naik Rp 219 Triliun Sepekan
Tidak ketinggalan pada awal pekan depan, juga ada data neraca perdagangan Indonesia yang diperkirakan naik ke 1,35 miliar dolar AS dari 440 juta dolar AS.
Baca juga: IHSG Akhir Pekan Ini Melonjak 0,87 Persen ke 6.869, Saham HELI Naik 34,78 Persen
Sementara pada tengah pekan depan, pelaku pasar menantikan data IHK Inggris dan Zona Eropa, di mana Indeks Harga Konsumen Inggris diperkirakan turun ke 8,2 persen dari 8.7 persen bulan lalu dan Zona Eropa juga turun ke 5,5 persen dari sebelumnya 6,1 persen.