Ia menambahkan, dalam upaya menjaga kesehatan keuangan Pertamina ketika harus 'nombok', perusahaan pun melakukan optimalisasi biaya atau cost optimization.
Salah satunya dengan penerapan penerapan digitalisasi yang terintegrasi dari hulu hingga hilir. Lewat optimalisasi biaya tersebut, Pertamina mampu menghemat Rp 3,27 miliar dollar AS dalam tiga tahun atau sepanjang 2021-2022.
"Jadi Pertamina untung itu karena optimalisasi biaya sebetulnya," imbuh dia.
Menurutnya, strategi cost optimization akan terus dilakukan untuk menjaga kesehatan keuangan perusahaan. Ia bilang, penghematan akan dilakukan dengan memindahkan kantor-kantor anak usaha Pertamina ke aset-aset yang memang dimiliki perusahan, alias tidak menyewa lagi.
"Kalau tidak mau bebankan minyak ke masyarakat, ya jelas lakukan penghematan. Penghematan paling nyata tuh ya pindahin kantor," kata dia.
"Ngapain kamu punya rumah, rumah kamu dibiarin, didudukin penghuni tidak berhak, terus kamu sewa rumah, lucu enggak? Kamu kerjanya deket rumah kamu dong. Itu saja logikanya," tutup Ahok.
Butuh Waktu
Rata-rata harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) sudah meninggalkan level 70 dolar AS per barrel pada Juni lalu.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan, ICP sebesar 69,36 dollar AS per barrel pada Juni 2023. Ini menjadi kali pertama sejak Agustus 2021 harga ICP berada di bawah 70 dollar AS per barrel.
Lantas dengan harga minyak mentah yang terus menurun, apakah harga Pertalite bisa disesuaikan? Direktur Eksekutif ReforMiner Komaidi Notonegoro mengatakan, ICP memang menjadi salah satu komponen pembentuk utama harga bahan bakar minyak (BBM) selain nilai tukar rupiah.
Namun untuk melakukan penyesuaian harga BBM, diperlukan jangka waktu sekitar 2 bulan untuk melihat perkembangan harga ICP dan kurs rupiah.
"Tentu perlu dilihat average-nya, jadi kalau penentuan harga BBM itu kan menggunakan rata-rata harga minyak dan nilai tukar rupiah yang paling pokok," tutur dia, kepada Kompas.com, Senin (10/7/2023).
Lebih lanjut ia menjelaskan, apabila harga rata-rata ICP di bawah 70 dollar AS per barrel hanya berlangsung kurang dari 1 bulan, maka penyesuaian harga Pertalite memang belum bisa dilakukan.
Sebab, masih terdapat komponen pembentuk harga BBM lain, yakni kurs rupiah dan pajak. Akan tetapi, jika rata-rata harga ICP bisa berada di bawah 70 dolar AS per barrel dalam kurun waktu 2 bulan, maka penyesuaian harga Pertalite seharusnya bisa dilakukan. Hal ini dengan asumsi nilai tukar rupiah juga stabil pada kisaran Rp 15.000 per dolar AS.
"Apakah bisa diturunkan kalau rata-rata ICP 70 dolar AS per barrel periode 2 bulan? Bisa diturunkan," kata Komaidi.
"Tapi kalau hanya 1 minggu terus naik kembali saya kira akan sulit bagi pemerintah untuk megambil kebijakan itu," sambungnya. (Kompas.com/Tribunnews.com)