Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mitra Murni Perkasa (MMP), anak usaha MMS Group Indonesia (MMSGI) menandatangani perjanjian kerjasama dengan pihak China ENFI Engineering Corporation (China ENFI) sebagai kontraktor proyek smelter nikel matte di Kalimantan Timur.
Kerjasama dengan China ENFI dimulai sejak 15 bulan lalu telah melalui proses studi kelayakan.
Presiden Direktur MMP Adhi Dharma Mustopo mengatakan penandatanganan ini adalah momen yang bersejarah bagi MMP dan China ENFI.
Baca juga: Komisi III DPR Dukung Kejagung Bongkar Dugaan Korupsi Nikel Ilegal
“Kami mendukung program pemerintah untuk membangun smelter nikel matte yang memiliki jejak karbon rendah dan sepenuhnya merupakan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN),” ucap Adhi dikutip Selasa (25/7/2023).
Dia menambahkan pembangunan smelter nikel matte ini merupakan awal kerjasama MMSGI dengan China ENFI, di mana terbuka pengembangan usaha MMSGI berikutnya yang selaras dgn keahlian teknis China ENFI.
Sementara Chairman of the Board China ENFI Liu Cheng menyebut kerjasmaa ini memiliki makna penting bagi pihak perusahaan.
“China ENFI percaya smelter nikel matte MMP akan menjadi proyek percontohan yang sukses di Indonesia dan memberikan manfaat yang luas kepada semua pihak. Terlebih lagi proyek MMP ini dekat dengan IKN, pusat pemerintahan yang baru.”, tutur Liu Cheng.
Kolaborasi MMP dan China ENFI bertujuan untuk memastikan pembangunan smelter nikel matte yang kuat dan kompetitif.
Baca juga: Kejaksaan Agung Bakal Kembali Periksa Bos Tambang Nikel Windu Aji Susanto Terkait Kasus BTS Kominfo
Dengan meningkatnya popularitas kendaraan listrik dan permintaan akan nikel matte sebagai bahan baku baterai kendaraan listrik, proyek MMP diharapkan memberikan dampak positif secara nasional dan mendukung program industri baterai di Indonesia.
Pembangunan proyek ini ditargetkan selesai pada kuartal 4 tahun 2024 dan mulai beroperasi pada kuartal 2 tahun 2025.
Smelter nikel matte MMP direncanakan memiliki kapasitas produksi 27,000 ton per tahun dengan kandungan nikel lebih dari 70 persen.
Pembangunan smelter nikel matte ini ditujukan untuk mendukung meningkatnya kebutuhan nikel sebagai bahan baku pembuatan baterai EV yang digunakan dalam kendaraan bertenaga listrik (BEV).
Hal ini sejalan dengan upaya global dalam mengurangi emisi karbon.