Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM , WASHINGTON – Presiden Amerika Serikat Joe Biden menyembut deflasi China sebagai bom waktu yang dapat menghancurkan perekonomian dunia. Pernyataan tersebut dilontarkan Biden setelah ekonomi negara tirai bambu ini mengalami penyusutan tajam pada bulan Juli 2023.
“China dalam masalah, dan ini bisa menjadi bom waktu dalam banyak kasus," kata Biden dalam acara penggalangan dana pribadi kampanyenya, Kamis (11/8/2023).
Melansir data Biro Statistik Nasional (NBS) yang dirilis Reuters, selama bulan Juli kemarin indeks harga konsumen (IHK) China turun 0,3 persen, akibat melemahnya permintaan impor dan ekspor.
Sementara indeks harga produsen dilaporkan turun selama 10 bulan berturut-turut dengan kontraksi 4,4 persen (yoy). Kondisi tersebut kian diperparah dengan hadirnya perang sanksi antara Washington dengan Beijing.
Salah satunya pembatasan investasi untuk industri teknologi tinggi China, aturan pembatasan tersebut sengaja dibuat pemerintah Amerika dengan tujuan untuk membatasi investor yang akan menyuntikan dana ke industri semikonduktor dan kecerdasan buatan (AI) asal China.
AS berdalih kebijakan itu dirilis untuk mencegah modal dan tenaga ahli Amerika Serikat membantu mengembangkan teknologi yang dapat mendukung modernisasi militer China dan mengancam keamanan nasional Amerika .
Namun akibat sanksi tersebut, laba kuartalan sejumlah perusahaan semikondur di China mencatatkan kemerosotan.
Salah satunya produsen chip Taiwan Semiconductor Manufacturing Co Ltd (TSMC) yang melaporkan penurunan pada laba kuartal kedua 2023, anjlok sebanyak 27 persen menjadi 5,58 miliar dolar AS.
Baca juga: Presiden Joe Biden Rilis Larangan Baru untuk Beijing, Perang Dagang AS-China Memanas
Serangkaian tekanan ini yang membuat IHK China di bulan Juni kemarin amblas, hingga memicu deflasi pertama sejak Februari 2021.
Akibat deflasi tersebut China kini terancam memasuki era pertumbuhan ekonomi yang jauh lebih lambat dengan harga dan upah konsumen yang stagnan, kontras dengan inflasi negara lainnya.
Apabila kondisi ini terus menerus terjadi, maka perekonomi pasar global terancam berkontraksi, mengingat China merupakan mesin utama pertumbuhan ekonomi dunia dengan kontribusi mencapai 18,6 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) global.
Baca juga: Ekspor-Impor China Anjlok, Jadi Ancaman Prospek Ekonomi Dunia
Oleh karenanya, kesehatan ekonomi negeri Tirai Bambu itu menjadi penting bagi seluruh negara di dunia. Lantaran perlambatan ekonomi China akan memperlambat perekonomian seluruh negara, termasuk Indonesia.