Laporan Wartawan Tribunnews, Taufik Ismail
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Lembaga Administrasi Negara (LAN), Adi Suryanto mengatakan pasca pandemi Covid-19 dan perang Rusia dan Ukraina, kondisi dunia saat ini tengah mengalami krisis.
Berdasarkan Laporan United Nations, Department of Economic and Social Affairs (UN DESA), prospek ekonomi global mengalami kemunduran.
Baca juga: Konferensi Nasional BNI Indonesia Pertama: Mendorong Pertumbuhan Ekonomi dan UMKM Indonesia
"Sehingga menyebabkan koreksi estimasi pertumbuhan produk bruto (Gross Product Growth) di tahun 2022 dan 2023 yang diperparah dengan tingginya tingkat inflasi di negara-negara maju dan berkembang," kata Adi Suryanto, Jumat (11/8/2023).
Di tengah meningkatnya tantangan ekonomi makro dan kondisi keuangan saat ini, banyak negara-negara berkembang berisiko memasuki lingkaran setan yaitu melemahnya investasi, rendahnya pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya kewajiban membayar utang luar negeri.
"Menyikapi kondisi global tersebut pemerintah Indonesia perlu melakukan strategi khusus guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi di tanah air," katanya.
Untuk menghadapi tantangan tersebut LAN telah menggelar Seminar Nasional Policy Brief Pelatihan Kepemimpinan Nasional (PKN) Tingkat I Angkatan LVI, di Graha Makarti Bhakti Nagari, ASN Corporate University, Senin (7/8/2023).
Adi menambahkan, untuk menopang pertumbuhan ekonomi dan menghadapi krisis global yang terjadi saat ini harus ada transformasi ekonomi, yaitu mengubah industri sektor primer menjadi industri berbasis nilai tambah (hilirisasi).
Di dalam negeri sendiri, industri pertambangan sektor mineral dan batubara menjadi salah satu penyumbang terbesar pendapatan negara yang pada tahun 2022 yaitu mencapai sekitar Rp 183,35 triliun dan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 325.575 orang.
"Salah satu agenda besar Indonesia maju dalam pemerintahan Presiden Joko widodo adalah hilirisasi industrialisasi sumber daya alam termasuk mineral dan batubara (minerba)."
"Melihat kondisi itu, maka peserta PKN Tingkat I Angkatan LVI ini telah menyusun policy brief yang mengangkat tema “Strategi Peningkatan Investasi di Sektor Mineral dan Batubara Dalam Menghadapi Krisis Global” sebagai langkah strategis dan upaya meningkatkan investasi khususnya di sektor mineral dan batubara," ungkapnya.
Baca juga: Konferensi Nasional BNI Indonesia Pertama: Mendorong Pertumbuhan Ekonomi dan UMKM Indonesia
Sementara itu, Menteri Investasi/Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia mengatakan, hilirisasi yang dilakukan pemerintah saat ini menekankan kepada green energy dan green investasi.
Salah satunya dengan melakukan hilirisasi pada sektor minerba yaitu hilirisasi nikel.
Pemerintah saat ini telah membangun beberapa smelter untuk mendukung hal tersebut dan hasilnya saat ini Indonesia telah berhasil mengekspor nikel mencapai 30 miliar dollar atau hampir sepuluh kali lipat sebelum dilakukan hilirisasi tersebut.
"Melalui hilirisasi nikel ini telah menjadikan Indonesia sebagai pusat produksi baterai kendaraan listrik, namun timbul permasalahan perizinan oleh karena kami membuat sebuah sistem perizinan terintegrasi OSS berbasis risiko yang mampu memberikan kemudahan bagi investor untuk menanamkan modalnya di tanah air," ujarnya.
Peserta PKN Tingkat I angkatan LVI Bimo Wijayanto, PhD menyampaikan rekomendasi kebijakan terkait peningkatan investasi di sektor minerba.
Di antaranya melalui kebijakan yang mengintegrasikan langkah taktis dan strategis untuk peningkatan investasi industri pertambangan sektor minerba dengan menerbitkan instruksi presiden melalui pendekatan omnibus law.
"Melalui kebijakan tersebut diharapkan dapat mempertegas penatakelolaan secara komprehensif investasi industri pertambangan mulai dari hulu hingga hilir sampai dengan menumbuhkan industri baru termasuk startup, berjalannya reklamasi dan pasca tamban, terlibatnya aparat hukum, terciptanya keberlangsungan dan berjalannya manajemen resiko," pungkasnya.