TRIBUNNEWS.COM, NUSA DUA - Belakangan ini sejumlah pihak mengatakan polusi udara Jakarta buruk karena Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara.
Menanggapi hal itu, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sedang mengirimkan tim khusus ke lapangan untuk mengecek kondisi PLTU yang disebut-sebut sebagai biang masalah polusi udara di Jakarta.
“Kami sekarang lagi kirim tim ke lapangan, Pak Menteri meminta untuk melihat mengecek langsung kondisi PLTU kita,” ujar Sekreatris Jenderal Kementerian ESDM, Dadan Kusdinana di Bali, Kamis (24/8/2023).
Baca juga: Polusi Udara Jakarta dan Upaya Sudutkan PLTU Sekitar Ibu Kota
Dadan menjelaskan, sebetulnya emisi PLTU dapat dilihat datanya melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Sebab emisi yang keluar dari pembangkit batubara datanya sudah langsung disambungkan ke data milik KLHK.
“Jadi berdasarkan standar (emisi) yang ada memang memenuhi (yang ditentukan KLHK). Kita juga lagi lihat, standarnya bagaimana bisa jadi lebih baik,” ujarnya.
Kementerian ESDM juga turut melihat, selain dari PLTU, polusi yang terjadi di Jakarta juga bersumber dari sektor transportasi.
Menurutnya, secara teknis, penggunaan bahan bakar minyak (BBM) beroktan tinggi, pembakaran bensinnya semakin baik. Artinya emisi yang dikeluarkan lebih sedikit.
“Jadi kita lagi lihat juga apakah bisa dilakukan upaya untuk peningkatan angka oktan untuk bahan bakar,” kata Dadan.
Melansir data IQAir pada Kamis (24/8) pukul 9:58 WIB, Jakarta menduduki posisi ketiga di dunia sebagai kota dengan polusi udara tinggi.
Baca juga: Kasus ISPA di RSUP Persahabatan Jakarta melonjak - Apa akibat jangka panjang polusi udara?
Dalam catatan Kontan.co.id, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyebut buruknya kualitas udara di Jakarta ini dipicu oleh keberadaan pembangkit batubara.
Seperti yang diketahui, terdapat beberapa PLTU batu bara yang memiliki jarak terdekat dari ibu kota, seperti PLTU batubara di Banten.
“Sekarang di Jakarta salah satu polusi udara terjelek di dunia karena PLTU batubara kita," ujar Bahlil dalam acara Diskusi di Universitas Diponegoro Semarang, Minggu (20/8).
Selain itu, Bahlil menyebut sumber polusi di ibu kota juga berasal dari tingginya intensitas kendaraan bermotor. Untuk itu, diharapkan penggunaan kendaraan listrik (electric vehicle/EV) bisa menjadi solusi untuk mengurangi polusi udara di Jakarta.(Kontan)