Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, NEW DELHI – Perdana Menteri India, Modi Narendra berencana untuk memberlakukan larangan ekspor gula mulai Oktober 2023, pembatasan ini jadi kali pertama kalinya yang dilakukan India sejak tujuh tahun terakhir.
Larangan ekspor gula diterapkan Modi usai produksi tebu India mengalami gagal panen akibat minimnya curah hujan selama bencana el nino berlangsung.
Kondisi ini lantas membuat kota Maharashtra dan Karnataka yang dikenal sebagai distrik penghasil tebu terbesar di India kesulitan memproduksi gula.
Baca juga: Kunjungi Pasar Rempah di Mumbai, Mendag Akan Perkuat Hubungan Dagang dengan India
Hal ini yang membuat stok gula dalam negeri menyusut hingga India kehilangan kemampuan untuk melakukan ekspor ke pasar global. Tak hanya itu krisis gula juga telah mendorong inflasi makanan di India tumbuh menjadi 11,5 persen, tertinggi dalam tiga tahun terakhir.
“Hujan yang tidak merata ini kemungkinan besar akan mengurangi produksi gula pada musim 2023 hingga 2024,” kata sumber pemerintah yang meminta untuk tidak disebutkan namanya seperti dilansir Reuters.
“Oleh karenanya saat ini fokus utama kami adalah untuk memenuhi kebutuhan gula lokal dan menghasilkan etanol dari kelebihan tebu,” tambah sumber itu.
Sebelum larangan ekspor disahkan, India selama beberapa tahun terakhir memasok ekspor gula ke pasar global hingga totalnya mencapai 11,1 ton gula.
Namun pasca larangan diberlakukan, mulai pekan ini hingga 30 September mendatang pabrik - pabrik di india hanya diizinkan mengekspor 6,1 juta ton gula, selanjutnya per 1 Oktober ekspor gula India akan mulai diberhentikan hingga batas waktu yang tak ditentukan.
Harga beras dunia Melonjak
Imbas larangan ekspor ini, kemungkinan besar akan membuat harga acuan gula pasir di New York SVc1 dan London LSUc1 melonjak tajam hingga menyentuh ke kisaran 26 sampai 27 sen dolar per pon.
Mengungguli kenaikan harga di April lalu, dimana saat itu harga gula mencapai level tertinggi mencapai 26,99 sen dolar per pon.
Pembatasan seperti ini bukan kali pertama yang dilakukan PM Modi, pada akhir juli 2023 India telah lebih dulu memberlakukan larangan ekspor beras jenis non basmati, lantaran para petani di India mengalami gagal panen akibat cuaca ekstrim.
Kondisi ini yang membuat para petani panen di sentra-sentra produksi beras seperti Punjab dan Haryana mengalami gagal produksi, hingga pasokan beras menipis dan memicu lonjakan harga beras non basmati sebesar 3 persen.
Meski larangan impor dianggap sebagai cara ampuh untuk mengembalikan kondisi cadangan beras dalam negeri, namun pasca kebijakan tersebut diberlakukan pasokan beras di pasar global mulai mengalami penyusutan di tengah naiknya permintaan.
Badan Pangan PBB, Food and Agriculture Organization (FAO) bahkan turut memberikan peringatan keras bagi negara – negara di Asia untuk bersiap menghadapi bencana inflasi pangan akibat lonjakan harga beras.
"Harga beras global sangat mengkhawatirkan. Yang jelas adalah volatilitas harga pangan akan terus berlanjut dalam beberapa bulan mendatang," kata Direktur Senior Bank Pembangunan Asia Qingfeng Zhang seperti yang dikutip dari CNBC International.