News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Merger Pelita dan Citilink Ditargetkan Rampung Tahun Ini, Begini Pembagian Segmentasi Bisnisnya

Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kementerian BUMN mewacanakan merger Pelita Air dengan Citilink untuk sinergi armada.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengungkapkan, pihaknya masih terus mengkaji penggabungan atau merger anak usaha Garuda Indonesia yakni Citilink, dengan Pelita Air.

Erick menargetkan, proses penggabungan bisnis Pelita Air dan Citilink ditargetkan rampung pada tahun ini. Apabila proses merger ini telah selesai, Garuda Indonesia bakal melayani pasar kelas premium.

Sementara Pelita Air bergerak pada segmen ekonomi premium, dan Citilink melayani penerbangan berbiaya murah atau low cost carrier (LCC).

"Akhir tahun (diusahakan) selesai merger dengan Pelita. Tergantung sama masing-masing pembukuan," ungkap Erick di Gedung DPR-RI Jakarta, Kamis (31/8/2023).

"Kan nanti Garuda tetap di premium lalu Citilink sama Pelita Air merger tapi kita liat pembukuannya seperti apa perlu proses lah kalau tahun ini ya tahun ini," sambungnya.

Aksi korporasi ini diharapkan mampu memperkuat industri penerbangan Indonesia.

Salah satu penguatan yang dimaksud adalah dari sisi armada penerbangan alias pesawat. Ia mengatakan armada pesawat di Tanah Air saat ini masih kurang.

Dia mencontohkan industri penerbangan di Amerika Serikat dengan 303 juta penduduk memiliki 7.200 pesawat, sementara Indonesia dengan 280 juta penduduk hanya mempunyai sekitar 500 pesawat.

"Total pesawat di Amerika 7.200 anggap kita 10 persennya 720. Hari ini 550, artinya kalau menggabungkan (total armada) Pelita dan Citilink plus Garuda aja 140-an. Jadi masih kurang," kata dia.

Baca juga: Soal Merger dengan Pelita Air, Bos Garuda Indonesia Sebut Penjajakan Masih Berlangsung Intensif

"Kita harus sinergilah dan kita enggak mungkin punya dua maskapai penerbangan di bawah BUMN, buat apa?" kilahnya.

Sebelumnya, Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra merespon rencana merger maskapai BUMN tersebut dan mengungkapkan pihaknya memandang positif terobosan tersebut.

Irfan mengatakan, hingga saat ini proses diskusi terkait langkah penjajakan aksi korporasi tersebut masih terus berlangsung intensif.

"Garuda Indonesia Group tentunya akan mendukung dan memandang positif upaya wacana merger tersebut yang tentunya akan dilandasi dengan kajian outlook bisnis yang prudent," ujarnya. Kamis (22/8/2023).

Baca juga: Dirut Damri Pastikan Tak Ada PHK Karyawan Pasca Merger dengan Perum PPD

Mengenai rencana pengembangan sendiri, Irfan mengatakan masih dalam tahap awal. Garuda Indonesia tengah mengeksplorasi secara mendalam atas berbagai peluang sinergi bisnis yang dapat dihadirkan untuk bersama-sama dapat mengoptimalkan aspek profitabilitas kinerja.

"Juga sekaligus memperkuat ekosistem bisnis industri transportasi udara di Indonesia guna membawa manfaat berkelanjutan bagi masyarakat," papar Irfan.

Menurutnya. hal tersebut turut menjadi sinyal positif bagi upaya penguatan fundamental kinerja perusahaan khususnya pascarestrukturisasi yang terus dioptimalkan melalui berbagai langkah akseleratif transformasi kinerja bersama pelaku industri aviasi Indonesia.

"Mengenai mengenai proyeksi dari proses merger ini tentunya akan terus kami sampaikan secara berkelanjutan sekiranya terdapat tindak lanjut penjajakan yang lebih spesifik atas realisasi rencana strategis tersebut," tukasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini