Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir keberatan dengan tudingan utang BUMN yang menumpuk dan kini nilainya tembus Rp1.600 triliun.
Banyak yang menyimpulkan, utang jumbo tersebut mencerminkan kondisi BUMN yang tak sehat. "Banyak yang menganggap utang BUMN Rp1.600 triliun itu jumbo, namun tidak melihat modal jumbo BUMN sebesar 3.150 triliun," ucap Erick dikutip dari akun Instagram pribadinya, Sabtu (2/9/2023).
"Menilai kesehatan kondisi keuangan sebuah perusahaan akan bias kalau hanya melihat jumlah utang, tanpa melihat modal," tulisnya.
Menurut Erick, di dunia usaha pada umumnya, hal biasa jika posisi utang jauh lebih besar daripada modal. Namun, kenyataannya yang terjadi di BUMN saat ini justru berbanding terbalik. Jumlah modal jauh lebih besar dibandingkan utang.
"(Sekarang) jumlah modal jauh lebih besar daripada utang. Alhamdulillah, rasio utang BUMN semakin kecil. Artinya, BUMN semakin sehat," lanjutnya.
Selama tahun buku tahun 2022 Kementerian BUMN menyetorkan total dividen sebesar Rp80,2 triliun ke negara. Sementara laba bersih konsolidasi BUMN mencapai Rp303,7 triliun (unaudited) pada tahun yang sama.
Baca juga: Besar Pasak daripada Tiang, INDEF Sebut Utang BUMN Jauh Lebih Besar dari Labanya
Total aset BUMN tercatat naik dari Rp8.978 triliun pada 2021 menjadi Rp9.867 triliun (unaudited) di 2022.