Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, LONDON – Birmingham, kota terbesar kedua di Inggris Raya terpaksa menutup semua aktivitas transaksi pengeluaran, usai dinyatakan bangkrut pada Selasa (6/9/2023).
“Kota Birmingham yang ditempati lebih dari satu juta orang mengajukan pemberitahuan Pasal 114 dan siap untuk menghentikan semua pengeluaran kecuali untuk layanan penting, mulai hari ini,” jelas Dewan Kota Birmingham.
Melansir dari CNN International, kebangkrutan yang dihadapi distrik Birmingham terjadi buntut dari defisit usai pemerintah gagal membayarkan klaim upah para warga yang telah menggunung hingga mencapai 760 miliar pound atau setara Rp 14.000 triliun.
Baca juga: Pedagang Mulai Teriak Harga Beras Terus Naik, FAO Ingatkan Bencana Inflasi Pangan
Defisit kas kian diperparah lantaran pemerintahan konservatif yang berkuasa gagal menggenjot pendapatan di sektor bisnis di tengah lonjakan inflasi, tekanan ini yang membuat perekonomian Kota Birmingham diambang kehancuran.
"Seperti dewan-dewan di seluruh negeri, jelas bahwa dewan ini menghadapi tantangan keuangan yang belum pernah terjadi sebelumnya, mulai dari peningkatan besar dalam permintaan perawatan sosial dewasa hingga penurunan dramatis dalam pendapatan tarif bisnis, serta dampak inflasi yang merata," jelas Sharon Thompson, wakil pemimpin dewan.
Pasca dinyatakan bangkrut, Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak masih enggan memberikan komentar apapun, namun Juru Bicara Perdana Menteri Inggris menyatakan bahwa para dewan yang terpilih harus bertanggung jawab untuk mengelola anggaran sendiri.
Sebelum mengalami kebangkrutan, Birmingham dikenal sebagai kota multikultural terbesar kedua di Inggris tengah. Bahkan Birmingham pernah menjadi tuan rumah Pesta Olahraga Persemakmuran pada tahun lalu.
Sayangnya pada tahun ini perekonomian Birmingham terus membukukan catatan negatif. Apabila kebangkrutan ini terus berlanjut dalam jangka waktu yang cukup lama maka Birmingham akan dinyatakan mundur sebagai tuan rumah Kejuaraan Atletik Eropa 2026.