Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, MANILA – Pandemi Covid-19 dan kenaikan biaya hidup telah mendorong hampir 70 juta orang di negara-negara berkembang Asia jatuh ke dalam kemiskinan ekstrem.
Menurut laporan terbaru yang dirilis Asian Development Bank (ADB) atau Bank Pembangunan Asia pada Kamis (24/8/2023), sebanyak 155,2 juta orang di negara-negara berkembang Asia atau sekitar 3,9 persen dari populasi di Asia hidup dalam kemiskinan ekstrem pada tahun lalu.
“Asia dan Pasifik terus pulih dari pandemi Covid-19. Namun, peningkatan krisis biaya hidup menghambat kemajuan dalam pengentasan kemiskinan,” kata Albert Park, Kepala Ekonom ADB.
Kemiskinan ekstrem didefinisikan sebagai hidup dengan pendapatan kurang dari 2,15 dolar AS per hari, berdasarkan angka tahun 2017.
Park juga menyoroti inflasi yang telah melonjak ke level tertinggi dalam beberapa waktu terakhir, didorong oleh pulihnya aktivitas ekonomi dan meningkatnya gangguan rantai pasokan.
Menurut Park, kenaikan harga tentu sangat dirasakan oleh masyarakat miskin, terlebih mereka harus menghabiskan lebih banyak uang untuk membeli makanan dan bahan bakar kendaraan, sehingga menyulitkan mereka untuk menabung dan membayar kebutuhan pokok termasuk layanan kesehatan dan pendidikan.
“Dengan memperkuat jaring pengaman sosial bagi masyarakat miskin dan mendorong investasi serta inovasi yang menciptakan peluang pertumbuhan dan lapangan kerja, pemerintah di kawasan ini dapat kembali ke jalur yang benar,” kata Park.
Baca juga: Tajikistan: Kemiskinan Perempuan Suburkan Praktik Poligami
Dia lebih lanjut mengatakan negara-negara berkembang di Asia telah berada pada jalur pertumbuhan sebesar 4,8 persen tahun ini dibandingkan pertumbuhan tahun sebelumnya sebesar 4,2 persen.
Baca juga: Bappenas: Angka Kemiskinan Ekstrem Indonesia 1,12 Persen Per Maret 2023
Meski perekonomian di negara-negara berkembang di Asia diperkirakan mengalami kemajuan dalam mengatasi kemiskinan, ADB mengatakan 30,3 persen populasi di kawasan ini atau sekitar 1,26 miliar orang masih dianggap rentan secara ekonomi pada 2030.