Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia
TRIBUNNEWS.COM, SEOUL – Inflasi bulanan Korea Selatan (Korsel) meningkat pada Desember 2024, membebani pergerakan mata uang lokal di tengah gejolak politik pasca pemakzulan Presiden Yoon Suk Yeol.
Mengutip dari Korea Times, harga konsumen, yang merupakan ukuran utama inflasi meningkat sebesar 1,9 persen secara bulanan dan 2,3 persen secara tahunan. Kenaikan inflasi tahun ini menjadi yang tercepat dalam empat bulan terakhir. Padahal, beberapa survei berspekulasi kenaikan inflasi bulan ini hanya berada di median 1,7 persen.
Adapun lonjakan ini terjadi imbas naiknya harga makanan dan minuman non alkohol sebesar 2,5 persen, diikuti kenaikan biaya hiburan 1,2 persen sementara harga utilitas melesat 1,7 persen,
Baca juga: Harga Minyak Dunia Naik Tipis Jadi 73,20 Dolar AS per Barel Usai Inflasi AS Mereda
Kendati indeks kenaikan inflasi Desember 2024 masih di bawah prediksi Bank Sentral Korea yang memperkirakan kenaikan inflasi di angka 2 persen.
Namun lonjakan inflasi ini dikhawatirkan dapat memperketat kebijakan Bank of Korea, membatasi ruangnya untuk mengurangi suku bunga acuannya tahun depan setelah pemotongan berturut-turut pada Oktober dan November.
Para pembuat kebijakan juga khawatir bahwa pertumbuhan ekonomi dapat melemah lebih lanjut karena gejolak politik yang dipicu oleh pemberlakuan darurat militer singkat oleh Presiden Yoon Suk Yeol, hingga berakhir pemakzulan.
Tantangan negara tersebut makin parah setelah kecelakaan pesawat Jeju Air yang mematikan pada akhir pekan lalu hingga menewaskan 178 penumpang.
Pejabat Presiden Choi Sang-mok telah mengumumkan masa berkabung selama seminggu hingga 4 Januari, yang mungkin membebani sentimen konsumen.
“Dampak terhadap inflasi dari mata uang yang lebih lemah mungkin akan meningkat dalam beberapa bulan mendatang, tetapi kekhawatiran terbesar saat ini adalah melemahnya sentimen konsumen,” kata Ahn Jae-kyun, seorang analis di Shinhan Investment.
“Januari kemungkinan merupakan waktu yang tepat untuk pemangkasan suku bunga mengingat produksi dan konsumsi sedang lesu,” imbuhnya.
Baca juga: Pengadilan Korsel Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Presiden Yoon Suk Yeol, Segera Ditahan
Won Anjlok ke Level Terendah
Apabila lonjakan inflasi terus berlanjut hingga awal tahun, maka akan membuat pergerakan Won semakin memperburuk. Setelah sebelumnya mata uang Korea Selatan Won sempat anjlok ke level terendah selama 16 tahun terakhir.
Dimana pada awal pekan kemarin, Won Korea ditutup di level 1.467,5 per dolar, atau turun sekitar 2,7 won dari sesi sebelumnya. Nilai ini merupakan yang terendah sejak 13 Maret 2009, saat mata uang itu anjlok 1.483,5 won efek krisis keuangan global.
Tak hanya mata uang won saja yang mengalami penurunan, sejumlah saham unggulan di bursa Korsel turut anjlok karena aksi jual besar-besaran oleh investor asing dan institusional. Membuat Indeks Harga Saham Gabungan Korea (KOSPI) turun 0,3 persen, sementara indeks Kosdaq susut 0,41 persen pada perdagangan Senin (30/12/2024).
Untuk mengantisipasi amblasnya won dan volatilitas pasar saham Korsel yang lebih lanjut, Bank Sentral Korea Selatan sejauh ini mulai memobilisasi dana darurat sebesar 10 triliun won atau sekitar 7 miliar dollar AS.
"Kami siap untuk mengerahkan dana stabilisasi pasar saham senilai 10 triliun won kapan saja dan langkah-langkah stabilisasi pasar lainnya," kata Kepala Komisi Layanan Keuangan atau Financial Services Commission (FSC) Kim Byoung-hwan.
Otoritas setempat juga akan memantau secara ketat mata uang asing dari perusahaan keuangan lokal dan mengambil langkah-langkah untuk menyuntikkan likuiditas yang cukup ke pasar mata uang jika diperlukan.
Menteri Keuangan Choi Sang-mok berjanji bahwa pemerintah akan mengambil setiap langkah yang mungkin untuk menstabilkan pasar keuangan dan valuta asing, termasuk menyediakan likuiditas tanpa batas jika diperlukan.