Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Miguel Azevedo, Kepala Investment Banking Emerging Markets EMEA Citigroup, memprediksi dampak konflik Israel dan Hamas yang memanas dapat berdampak negatif bagi aktivitas bisnis di kawasan Timur Tengah.
“Sejauh ini, dampaknya sangat kecil. Namun, konflik ini bisa menjadi lebih luas dan berdampak buruk pada sentimen pasar,” jelas Azevedo sebagaimana dikutip dari Bloomberg.
Proyeksi ini dilontarkan Azevedo usai Indeks Tadawul All Share Index di Arab Saudi anjlok ke level terendah selama akhir pekan ini.
Baca juga: Harga Minyak Bisa Tak Terkendali Jika Iran Ikut Perang di Israel
Menurut Azevedo, dampak perang Israel – Hamas dapat mendorong lonjakan harga bensin, serupa dengan apa yang terjadi setelah Rusia menyerang Ukraina.
Meski kedua negara tersebut bukanlah pemain minyak utama. Namun, konflik ini terjadi di wilayah penghasil minyak utama seperti Israel yang memiliki dua kilang minyak berkapasitas hampir 300.000 barel per hari.
Oleh karena itu, dampak perang dapat memicu kenaikan harga BBM, imbas pemangkasan ekspor BBM di tengah tingga minat beli masyarakat dunia.
Selain itu, dampak perang dapat membuat investor beralih dari aset-aset yang lebih aman dan safe haven seperti dolar AS atau emas. Alhasil negara yang tak menggunakan mata uang dolar akan kesulitan menyesuaikan kenaikan harga di pasar global.
Selain itu, memanasnya konflik geopolitik juga dapat membuat sektor bisnis pariwisata meredup, lantaran sebagian besar penerbangan internasional membatasi operasionalnya ke wilayah Timur Tengah.
“Gangguan jadwal mungkin terus berlanjut, buntut pembatalan dan penundaan penerbangan, karena maskapai penerbangan mengubah rute untuk menghindari dengan perang,” ujar Azevedo.
Adanya konflik tersebut berdampak cukup serius ke industri teknologi di Silicon Valley, pasalnya 35 startup unicorn asal Israel memiliki kantor pusat di California. Namun akibat adanya konflik, ribuan pekerja teknologi yang berasal dari Israel diharuskan kembali ke Israel untuk menjadi anggota tentara perang.
Kendati eskalasi konflik Israel dan Hamas telah membayangi aktivitas ekonomi kawasan tersebut, namun hingga saat ini aktivitas IPO di sekitar Timur Tengah masih cukup baik. Seperti saham perusahaan minyak yang didukung lembaga pengelola dana Arab Saudi, ADES Holding Co, yang melaporkan lonjakan sahamnya 34 persen atau naik 749 juta dolar AS.