Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Indonesia diharapkan mampu memanfaatkan momentum kompetisi geoekonomi terhadap capaian ideal rantai nilai global.
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Christina Ruth Elisabeth Tobing menyebut ASEAN sebagai pusat rantai nilai paling strategis, dibandingkan kawasan negara berkembang lain, seiring semakin terintegrasinya perekonomian kawasan.
Meskipun demikian, rantai nilai global ASEAN rentan terimbas guncangan mitra dagang utama, seperti perang dagang antara Amerika dan Tiongkok yang signifikan melemahkan ASEAN.
Baca juga: Presiden Bank Dunia Sebut Perang Timur Tengah Jadi Penghambat Bagi Pertumbuhan Ekonomi Global
"Untuk itu, diperlukan koordinasi kebijakan tingkat regional guna mempersiapkan infrastruktur lunak dan infrastruktur keras dalam menyelaraskan manfaat rantai nilai global bagi negara anggota ASEAN," ujarnya saat Seminar Menyelami Posisi Strategis Indonesia dalam Rantai Nilai Global: Perspektif Nasional, Regional, dan Internasional, Senin (30/10/2023).
Ketua Program Studi Magister Ilmu Politik Universitas Tanjungpura Nurfitri Nugrahaningsih menyampaikan bahwa adopsi rantai nilai global menjadi suatu konteks krusial.
"Tidak hanya implikasinya terhadap pertumbuhan ekonomi, rantai pasok global mampu menghadirkan akses pengetahuan dan transfer teknologi negara maju kepada negara-negara berkembang," ucapnya.
Analis Ekonomi Politik LAB 45 Indah Lestari memaparkan temuan hasil riset LAB 45 bahwa bahasan geoekonomi tidak terlepas dari diskursus konektivitas global khususnya terkait rantai nilai global.
Kerangka kerja konektivitas menjadi prakarsa strategis bagi negara-negara adidaya untuk membangun kepentingan geopolitik. Kepentingan negara-negara adidaya tersebut kemudian diterjemahkan melalui jaringan rantai nilai (global value chain) yang dimaksudkan untuk memperkuat posisinya di tingkat global.
"Riset LAB 45 juga melakukan penjabaran objektif potensi peluang dan tantangan yang hadir dalam setiap gagasan konektivitas, dengan rekomendasi kebijakan sebagai tombak kajian strategis," terang Indah.
Indah Lestari menambahkan, optimalisasi peran Indonesia dalam menghadapi carut marut geoekonomi dapat dilakukan melalui pendayagunaan peluang kerja sama internasional maupun perbaikan secara mandiri.
Indonesia sebagai salah satu pencetus gagasan, perlu menarik manfaat dari ASEAN Outlook on the Indo-Pacific (AOIP). Pada sisi lain, fokus perbaikan juga perlu dihadirkan dalam hal modal manusia, kualitas institusional, kebijakan perdagangan dan investasi, serta pembangunan infrastruktur.
"Peningkatan ketahanan Indonesia dalam sektor-sektor strategis juga berlaku penting untuk mengupayakan pemanfaatan daya tawar Indonesia dalam nilai tambah strategis rantai nilai global," tambahnya.