News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Senin Pagi Rupiah Menguat Tipis ke Posisi Rp15.916 Per Dolar AS

Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat 14 poin ke posisi Rp15.916 pada Senin (30/10/2023) pukul 09.06 WIB. TRIBUNNEWS/JEPRIMA

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat 14 poin ke posisi Rp15.916 pada Senin (30/10/2023) pukul 09.06 WIB berdasar data Bloomberg pagi ini.

Sebelumnya pada akhir pekan kemarin (27/10/2023), nilai tukar rupiah di level Rp15.938. Pengamat Pasar Uang, Ariston Tjendra sebelumnya telah mengatakan bahwa nilai tukar mata uang Garuda ada potensi melemah pada awal pekan ini.

"Rupiah masih bergerak melemah di sekitaran Rp15.900 terhadap dolar AS di pekan kemarin. Ini mengindikasikan peluang pelemahan rupiah masih terbuka, demikian juga potensi pelemahan ke area Rp16.000," ucap Ariston Tjendra kepada Tribunnews, dikutip Senin (30/10/2023).

Ia mengungkapkan, fluktuasi nilai tukar mata uang Garuda terdampak sentimen ekspektasi bahwa suku bunga Bank Sentral AS alias The Fed, yang kini masih berada di level tinggi dan belum akan segera berakhir. Hal ini disebabkan sejumlah faktor.

Pertama, ekonomi AS yang masih solid dengan produk domestik bruto (PDB) kuartal III-2023 yang pertumbuhannya jauh di atas pertumbuhan PDB kuartal II-2023 membuka peluang the Fed untuk menaikan suku bunganya lagi atau pun mempertahankan suku bunga tingginya lebih lama lagi untuk meredam inflasi AS yang belum juga turun ke target 2 persen.

Ariston melanjutkan, pekan depan, the Fed akan memberikan keputusan mengenai kebijakan suku bunga nya yang baru.

Baca juga: Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS Melemah di Akhir Pekan, Menuju Level Rp16.000

Pasar masih berekspektasi tingkat suku bunga masih ditahan di level yang sama karena seperti yang dikatakan para pejabat the Fed sebelumnya bahwa tingkat imbal hasil obligasi AS yang tinggi sudah membantu menahan laju kenaikan harga-harga.

Selain itu pasar juga masih mempertimbangkan isu pelambatan ekonomi global.

Baca juga: Rupiah Pekan Depan Berpotensi Tembus Level Rp16.000 per Dolar AS, Ini Penyebabnya

Data-data ekonomi dari Eropa seperti data inflasi dan PDB dan juga data dari China yaitu indeks aktivitas manufaktur akan memberikan gambaran mengenai pelambatan ekonomi global tersebut.

Isu pelambatan ekonomi global ini bisa menekan harga aset berisiko seperti rupiah.

"Selain itu isu Israel Hamas atau Timur Tengah masih menjadi perhatian pelaku pasar. Ekskalasi isu bisa mendorong penguatan dolar AS sebagai aset aman," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini