News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Lewat Program BRI "Klasterku Hidupku", UMKM Kopi Akar Wangi di Garut Makin Berkembang

Editor: Content Writer
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Adi Ahmad Nasir (32), sosok di balik layar klaster usaha Kopi Akar Wangi yang dikelola bersama masyarakat Kampung Waluran Tonggoh, Desa Sukalaksana, Kec. Samarang, Kab. Garut.

TRIBUNNEWS.COM, GARUT - Mengembangkan potensi usaha di suatu wilayah bisa menjadi salah satu jalan untuk mendorong masyarakat dan wilayah tersebut semakin maju.

Potensi ini bisa beragam jenisnya. Bahkan, hasil bumi khas yang ada di wilayah tersebut juga bisa dikreasikan menjadi produk unik yang nantinya dapat menjadi ikon di wilayah tersebut.Hal ini juga yang dilakukan oleh masyarakat Kampung Waluran Tonggoh, Desa Sukalaksana, Kec. Samarang, Kab. Garut.

Sudah sejak lama masyarakat di daerah tersebut dikenal dengan profesinya sebagai petani kopi dan akar wangi. Keduanya memang bahan yang berbeda, tapi ketika dikombinasikan bisa menjadi produk minuman dengan citarasa yang khas.

Adi Ahmad Nasir (32) adalah adalah sosok di balik layar klaster usaha Kopi Akar Wangi yang dikembangkan oleh masyarakat setempat. Sebagai ketua klaster, tekadnya adalah ingin selalu membawa klaster kelompok usahanya agar terus bisa menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Baca juga: Tumbuh Lampaui Target, Debitur Baru KUR BRI Capai 1,44 Juta

Ia bercerita tentang bagaimana awalnya ide inovatif tersebut muncul yang menjadi kekuatan utama klaster usahanya tersebut.  Pada awalnya memiliki penghasilan dari Kopi Arabika dan akar wangi, sehingga muncul wacana untuk membuat gabungan antara kopi dan akar wangi.

"Mulai tahun 2017 sudah dimulai usaha pengolahan kopi akar wangi, tapi kalau idenya sudah ada sejak 2015. Namun, saat itu masih belum sebesar sekarang. Sejak mendapat bantuan dari BRI, usaha kita meningkat. Kita banyak mendapatkan bantuan mulai dari pemasaran, kemasan, label halal dan label lainnya," kata Adi.

"Alhamdulillah berkat dibantu oleh BRI, kalau dulu hanya dikonsumsi sendiri atau dijual ke kedai, sekarang pemasarannya lebih berkembang,” timpalnya.

Klaster usaha Kopi Akar Wangi ini sendiri sudah berkembang menjadi 14 kelompok usaha. Seiring dengan berjalannya waktu, klaster usaha tersebut juga memberikan dampak positif untuk kesejahteraan masyarakat sekitar.

"Alhamdulillah banyak dampak untuk kesejahteraan kelompok. Kalau dulu hanya sedikit, sekarang sudah nambah klaster anggota kelompok. Selain itu juga ada peningkatan ekonomi, kalau dulu kita hanya mengelola 10-50 kg saja, sekarang Alhamdulillah sudah bisa 1-2 kuintal,” lanjutnya.

Baca juga: PPI Gandeng BRI Genjot Pengembangan Usaha Mikro dan Kecil di Beberapa Wilayah

Untuk proses pembuatan Kopi Akar Wangi, menurut Adi hampir sama dengan kopi biasa hanya melibatkan 2 (dua) tahapan.

Pertama adalah proses pembuatan kopi itu sendiri dimana setelah panen, biji kopi dicuci, dijemur dan dimasukkan ke mesin pulper untuk dipisahkan dari bijinya. Proses kedua adalah di-roasting dan di-grinder hingga menjadi serbuk. Setelah menjadi serbuk kemudian dicampurkan dengan akar wangi.

Sementara itu, pengolahan akar wangi juga dilakukan dengan cara yang hampir sama. Akar wangi yang panen sekitar 10-12 bulan sekali itu diambil akarnya, lalu dicuci sampai bersih dan dijemur.

Setelah itu, proses grinder pun dilakukan untuk menjadikannya serbuk sehingga bisa dicampurkan dengan bubuk kopi.

Seluruh proses pembuatan kopi akar wangi ini dilakukan di sebuah greenhouse yang lokasinya berada di dekat desa wisata.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini