News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Anies Kritik Realisasi Energi Baru Terbarukan Indonesia: Jauh dari Target

Penulis: Reza Deni
Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Capres dari Koalisi Perubahan Anies Baswedan di Gedung Joang 45, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (17/11/2023).

Calon Presiden Ganjar Pranowo dalam kesempatan berbeda di acara diskusi Rembuk Ide Transisi Energi Berkeadilan, di Jakarta, Kamis (23/11/2023) juga mengingatkan ada risikonya jika Indonesia melakukan transisi energi ke energi bersih atau energi baru terbarukan (EBT).

Dampak tersebut antara lain akan menimpa sektor bisnis energi di Indonesia.

Menurut Ganjar, strategi transisi energi akan membuat bisnis pengusaha di sektor energi dengan kadar emisi tinggi akan tertekan.

"Ketika transisi ini akan lakukan pasti akan ada dampak, yang negatif kira-kira yang punya bisnis atau usaha itu sebelumnya ya mungkin jobless (kehilangan pekerjaan)," kata dia.

Praktisi juga mengkritik: sulit capai target

Sulitnya pemerintah mencapai target bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23 persen pada 2025, karena minyak dan gas (migas) masih akan mendominasi juga disampaikan praktisi hukum migas Ali Nasir.

Ali Nasir mengatakan, sumber energi ada empat jenis yaitu minyak, gas, batubara, dan EBT.  "Migas masih mendominasi bauran energi kita sampai 2050," kata Ali Nasir.

"Walaupun secara persentase dari tahun ke tahun turun, tapi secara volume meningkat," ujar Ari dalam webinar, Jumat (4/6/2021).

Ia menyebut, pada 2015 porsi migas dalam bauran energi nasional mencapai 70 persen dari 166 MTOE, dan 2025 porsi migas sebesar 47 persen dari 412 MTOE. 

"Jadi kebutuhannya meningkat, jangan kecilkan migas, ini masih akan mendominasi dalam bauran energi baru terbarukan," tuturnya. 

EBT harus didukung, tinggal 4 tahun lagi capai 13 persen pada 2025 yang targetnya 23 persen, dan sekarang baru 10 persen," sambungnya. 

Dia berharap pemerintah dapat bekerja keras secara maksimal agar target 23 persen dapat dicapai.  "Pemerintah harus all out untuk tercapai, tapi banyak pakar mengatakan akan sulit dicapai," ucap Ari. 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini