TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) telah mencatatkan perdana saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Februari 2023.
“Aksi korporasi terbesar ke-5 di bursa saham ini mencatatkan performa yang sangat baik dengan pendapatan Rp9,05 triliun serta oversubscription hingga 3,81 kali,” ujar Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy, Julfi Hadi dikutip dari Kontan, Jumat (15/12/2023)
Setelah 11 bulan melantai di BEI, tercatat harga saham PGEO hingga 11 Desember 2023 naik 20,54 persen dengan market capitalization sebesar Rp 48,4 triliun.
“Pencapaian ini mencerminkan kepercayaan investor terhadap kemajuan energi terbarukan, khususnya panas bumi di Indonesia, selama beroperasi kami mencoba untuk accelerate but realistically,” papar Julfi.
Baca juga: Empat Hari Naik Berturut-turut IHSG Tumbang di Hari Rabu, Rupiah Lanjutkan Penguatan
Menurutnya, selama beroperasi, perseroan berhasil mengatasi tantangan akselerasi bisnis.
“Bottleneck tersebut kami atasi dengan melakukan perubahan model bisnis yang mampu memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan produksi Perseroan,” ungkapnya.
Selain itu, ekspansi juga menjadi prioritas utama Perseroan hingga dua tahun mendatang.
Di tahun 2023 ini, PGEO memiliki ambisi untuk menjadi 1 GW company yang akan tercapai pada tahun 2025.
“Dengan strategi quick wins dan penerapan teknologi co-generation di beberapa area, saat ini Perseroan sedang berproses untuk mencapai target tersebut, tentunya dengan bantuan optimalisasi value creation,” kata Julfi.
PGEO juga berkolaborasi dengan Pertamina NRE dan Pertamina Patra Niaga untuk mendorong komersialisasi karbon dengan memasok kredit karbon ke agregator utama Pertamina Geothermal Energy, yaitu Pertamina New Renewable Energy (PNRE) pada bursa karbon Indonesia.
Terkait komersialisasi karbon, Julfi menjelaskan, pada tahun ini PGE sudah membukukan pendapatan kredit karbon sebesar USD 732 ribu.
“Ini merupakan pendapatan perdana dari bursa karbon Indonesia,” ujar Julfi.
Di kancah global, pada tahun ini PGE semakin agresif melakukan ekspansi dengan bermitra bersama Africa Geothermal International Limited (AGIL) untuk mengembangkan potensi panas bumi 140 MW pada konsesi Longonot, Kenya, serta Geothermal Development Company (GDC) untuk mengembangkan potensi panas bumi 3 x 100 MW pada konsesi Suswa, Kenya.
Buktikan keseriusan dalam pengembangan potensi panas bumi, beberapa waktu lalu Perseroan membentuk Joint Venture Company (JVC) dengan Chevron New Energies Holdings Indonesia Ltd. (Chevron) untuk mengembangkan WKP Way Ratai, Lampung.
“Perusahaan yang diberi nama PT Cahaya Anagata Energy ini mencerminkan komitmen kedua belah pihak dalam mengembangkan Energi Baru Terbarukan (EBT) sebagai energi masa depan,” ungkap Julfi.
Secara fundamental, Julfi mengatakan, pada tahun ke-17 ini Perseroan berada dalam posisi solid untuk terus berkembang.
“Hal ini dibuktikan dengan capaian laba bersih sebesar USD 133,4 juta pada kuartal III-2023. Angka ini melampaui raihan laba sepanjang tahun 2022 yang pada saat itu mencapai USD 127,3 juta,” katanya. (Noverius Laoli/Kontan)