”Dua klaster yang kita gagas pada LOI hari ini, akan membantu Indonesia dalam meningkatkan bauran EBT di sektor ketenagalistrikan secara masif. Potensinya mencapai 171 Gigawatt hour (Gwh) per tahun dan mampu menyala 24 jam nonstop atas teknologi mutakhir yang kita gunakan,” ujar Wiluyo.
Wiluyo mengungkapkan, banyaknya tantangan di lapangan untuk menggodok program dedieseliasi.
Baca juga: PLN Jalankan Kolaborasi Global dengan Sumitomo untuk Pengembangan PLTSa Kapasitas 50 MW di Jabar
Tetapi atas kolaborasi yang dilakukan dirinya optimis, program ini akan mampu meningkatkan suplai listrik nonstop 24 jam untuk daerah terisolir.
"Dedieselisasi konversi EBT ini menggunakan konsep penghematan BBM terbesar," jelas Wiluyo.
Managing Director Asia Pacific ib vogt GmbH, David Ludwig menyampaikan, program ini punya tantangan yang cukup besar, mengingat puluhan program akan dilakukan di pulau-pulau yang terisolir.
”Kami percaya proyek ini tidak hanya akan menggantikan PLTD di wilayah-wilayah tersebut, tetapi juga mampu menghadirkan pasokan listrik yang lebih andal dan berkelanjutan dengan harga terjangkau masyarakat. Kami yakin program ini akan benar-benar meningkatkan kesejahteraan masyarakat terpencil pada masa mendatang,” ucap David.
Presiden Direktur PT Empat Mitra Indika Tenaga Surya, Yovie Priadi yang mewakili Konsorsium PT Indika Energy Tbk dan Infraco Asia Development Pte., Ltd. menyampaikan pihaknya terus berinisiatif membangun proyek-proyek EBT untuk membantu pemerintah mencapai target net zero emissions (NZE) di tahun 2060.
Karena itu, kepercayaan PLN dalam program dedieselisasi di klaster Indonesia bagian timur sangat disambut baik.
”Kami berharap dapat mendukung program dedieselisasi lebih lanjut ke depan. Di sini kami akan merancang, membangun dan mengoperasikan PLTS solar hybrid baterai di lokasi-lokasi yang tersebar di wilayah Indonesia bagian Timur,” tutur Yovie.