Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Sektor manufaktur diharapkan dapat menjadi penggerak ekonomi RI.
Adapun kontribusi sektor manufaktur masih yang terbesar sekitar 18-19 persen dari perkenomian nasional.
Hal itu sampaikan Chief Economist PermataBank Josua Perdede saat berbincang dengan Wakil Direktur Pemberitaan Tribun Network, Domu Ambarita, Jumat (22/12/2023).
Baca juga: Pebisnis Taiwan Garap Sektor Manufaktur Indonesia, Nilai Ditaksir 3 Miliar Dolar AS
"Sehingga kalau kita mendorong, mesin penggerak terbesar tentunya untuk bisa menggapai tadi pertumbuhan lebih tinggi lagi akan lebih mudah tercapai," jelas dia.
Menurut dia, jika pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa diatas 6-7 persen maka Indonesia bisa keluar dari status middle trap income.
Namun sayangnya, pertumbuhan ekonomi RI tahun depan masih berkisar diangka 5 persen.
"Saat ini pendapatan perkapita kita itu 5.000 US Dollar. Untuk menjadi 12.000 US Dollar, pertumbuhan perekonomian kita setiap tahun itu harus di atas 5 persen setidaknya 6 atau 7 persen," jelas dia.
Baca juga: Uni Eropa Ingin Kembangkan Investasi Industri Manufaktur dan Logam di Indonesia
Diketahui, rilis Badan Pusat Statistik (BPS) triwulan III-2023, Industri manufaktur tetap tumbuh positif dan mengesankan dibanding dengan industri manufaktur negara tetangga lainnya.
Pertumbuhan terbesar dari performa sektor manufaktur nasional pada triwulan II-2023, yakni industri barang logam, komputer, barang elektronik, optik, dan peralatan listrik yang tumbuh sebesar 17,32 persen.
Disusul industri logam dasar (11,49 persen), industri alat angkutan (9,66 persen), industri makanan dan minuman (4,62 persen), serta industri kertas dan barang dari kertas, percetakan dan reproduksi media rekaman (4,50 persen).